KATIBUNG – Para pengunjung Pantai Sebalang mengaku kapok memasuki area wisata yang dikenal dengan pesona pasir putih, sunset dan cafe tersebut.
Chaidir (48) salah satunya. Warga Bandar Lampung itu membeber ulah sejumlah oknum yang diduga preman memaksa pengunjung bayar Rp20 ribu per kepala saat memasuki area. Mirisnya, jika pengunjung enggan membayar, para oknum yang diduga para preman tersebut tidak segan marah dan mengeluarkan kata-kata kasar.
Menurut Chaidir, dulunya wisata ini tak membuat aturan tersebut. Karena biasanya ia dan teman teman berkunjung ke pantai tersebut memang digratiskan (free).
�Tapi sekarang kami dipaksa untuk membayar tiket dengan hitungan per kepala untuk semua yang ada di dalam kendaraan,� katanya.
“Kalau seperti ini kami tidak mau lagi datang berwisata ke Pantai Sebalang. Sebab, terlalu banyak biaya yang dikeluarkan. Sudah uang masuk diminta, belum lagi parkir, dan tempat duduk pondokan juga bayar. Mending ke pantai yang lain aja. Lebih hemat biaya,” ujar Chaidir kecewa.
Selain Chaidir, Andi, warga Metro, juga menilai parkir di Pantai Sebalang sangat mahal.
�Parkir mobil diminta Rp10 ribu. Gak mau dikasih 5 ribu,� katanya.
Andi menyarankan pemerintah daerah untuk mengambil langkah cepat. Jangan menyepelekan ulah preman dan biaya parkir yang tidak wajar.
�Nanti efeknya akan dirasa jangka panjang. Orang malas mau datang. Dan ini merusak citra Lampung secara keseluruhan. Tegas saja sama preman. Sayang kalau banyaknya wisata di Lampung ini punya citra buruk di luar daerah,� katanya.
Andi mencontohkan tempat wisata lain di luar daerah seperti Bali dan lainnya.
�Bali bukan hanya alamnya yang indah. Di sana penduduknya ramah. Tidak asal getok harga kayak di sini. Makanya Bali terkenal sampai dunia,� katanya.
“Wisata di Lampung ini kurang nyaman. Banyak oknum reseh. Apa-apa duit,” ketusnya.
Sementara para pemilik pondokan, salah satunya Neni (45) mengaku sangat kecewa dengan ulah para sekelompok orang yang tidak jelas identitasnya.
“Kalau begini kami merugi pak, karena dampaknya pondokan kami sepi. Para pengunjung dimintai bayar tiket masuk.� Pelanggan saya aja dari Palembang satu bus tidak jadi masuk karena diminta bayar mahal. Padahal sopir sudah minta pengertian untuk membayar Rp750.000, walaupun mereka tahu jika masuknya gratis. Akhirnya pelanggan saya tidak jadi masuk. Kan akhirnya kami, pemilik pondokan yang dirugikan,”cerita Neni.
Neni juga mengungkapkan bahwa sebelumnya para pemilik pondokan, pemilik warung dan cafe sudah tiga kali demo dengan adanya sekelompok orang yang terkesan preman meminta tiket masuk para pengunjung. Aksi demo itu membawa hasil. Tidak ada lagi pengunjung yang bayar. Namun itu hanya sesaat. Beberapa hari kemudian para pengunjung diminta lagi uang masuk.
‘Belum lama ini aja ada pengunjung yang masuk tidak bayar dikejar-kejar sama sekelompok preman itu. Tapi sayang memang pak di sini tidak ada Polisi yang berjaga,” terangnya. (Red)