BANDAR LAMPUNG � Tak bisa seorang calon gubernur (Cagub) mengklaim sudah memegang suara dukungan dari kalangan ulama dan kyai. Sebab, mereka diyakini memiliki pemikiran yang rasional tentang calon pemimpin yang akan dipilihnya.
Begitu dikatakan tokoh senior politik, M. Alzier Dianis Thabranie, menanggapi klaim pasangan Arinal Djunaidi dan Chusnunia Chalim (Nunik) serta pasangan Mustafa dan Ahmad Jajuli yang mengisyaratkan didukung para kiai, khususnya di pondok pesantren.
Arinal dan Nunik boleh jadi diuntungkan dengan status Nunik yang Ketua PKB Lampung dimana PKB menjadi tempat berkumpulnya kiai dari Nahdlatul Ulama (NU). Sementara Mustafa mengklaim dukungan karena menjadi Ketua Syehbermania (perkumpulan sholawat) dan juga didukung separuh pengurus PKB dan kiai.
�Para kyai itu rasional. Mereka tahu mau milih yang mana saat pemilihan. Tak bisa diklaim milik sana-sini,� kata Alzier.
Perkataan Alzier ini ada benarnya. Faktanya, pasangan calon lainnya juga intens melakukan pendekatan dengan para ulama dan kiai. Entah itu secara langsung maupun tidak.
Lihat saja ketika petahana, Ridho Ficardo, berkesempatan menjenguk istri KH Muhsin Abdillah, yang merupakan Rais Syuriyah PWNU Lampung, di Rumah Sakit Urip Sumoharjo, Bandar Lampung, Sabtu (13/1).
Dia menjenguk yang bersangkutan usai menjalani tes kesehatan sebagai syarat mendaftar Pilgub Lampung di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM).
Meski terlihat sambil lalu, namun kunjungan Ridho jelas membawa efek. Apakah itu sebagai pendekatan kepada Kh. Muhsin Abdillah.
Setidaknya, kunjungan itu sudah mengisyaratkan bahwa Ridho juga dekat dengan ulama dan kiai.
Mengutip website resmi KPU Kota Bandar Lampung, komisioner KPU, Fadilasari, juga sepakat bahwa suara ulama masih sangat didengar dan menjadi panutan di masyarakat.
�Telah banyak survei maupun fakta di masyarakat bahwa ketokohan atau kharismatik dari figur seorang ulama, masih menjadi pegangan kuat di hati masyarakat,� kata Fadilasari dalam diskusi dengan para ulama di kota Bandar Lampung di Pondok Pesantren Aswaja, Kemiling, Bandar Lampung, beberapa waktu lalu.
Ketua Divisi Partisipasi Masyarakat, SDM, dan Kampanye, KPU Kota Bandar Lampung itu, mengungkapkan, di pedesaan, maupun juga perkotaan terdapat semacam kalimat pengikat antara masyarakat dengan ulama. Kemanapun ulama melangkah, maka masyarakat akan mengikutinya.
�Apalagi ulama yang memiliki santri dalam jumlah banyak di pondok pesantren. Tentu himbauan yang dilakukan akan menjadi semacam perintah bagi para santrinya,� kata Fadilasari. (ilo)