LAMPUNG SELATAN – Isu adanya kapal tongkang liar yang parkir di dekat Gunung Anak Krakatau (GAK) sepertinya tengah menjadi perhatian publik.

Bahkan, apabila terbukti kapal tersebut melakukan penyedotan pasir di sekitar GAK, masyarakat akan menghentikan aktivitasnya. Baik secara konstruktif maupun destruktif.

Isu adanya tongkang yang parkir di sekitar GAK itu terus berkembang di media sosial (medsos). Utamanya di medsos Facebook. Isu itu dibagikan ke sejumlah grup jual beli online, grup informasi dan sejumlah grup lainnya.

Respon masyarakat tentunya beragam. Paling banyak, respon kesal dilontarkan sejumlah masyarakat pengguna medsos facebook. Mereka menilai, itu merupakan perbuatan cukong yang mengeksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) untuk keuntungan pribadi.

Ada juga yang menyebutkan, tongkang itu menyedot pasir hitam atau pasir biji besi. Sehingga dapat berakibat fatal bagi kelestarian GAK.

Salah seorang pengguna facebook menyatakan, penyedotan pasir itu bakal menimbulkan GAK bererupsi lagi. Bahkan, longsor juga dapat terjadi akibat ulah yang tidak bertanggungjawab.

Menanggapi isu yang berkembang selama beberapa hari terakhir ini, Manajer Penanganan Bencana Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Mukri Priyatna angkat bicara.

Ia menegaskan, Walhi akan turun langsung ke lokasi guna meluruskan isu. Apabila, ternyata kondisinya sesuai dengan isu yang berkembang, maka pihaknya tidak segan-segan bersikap tegas.

“Ya, kami baru terima kabar itu kemaren sore. Rencananya, kami (Walhi, red) akan tangkap tangan pelaku,” tegasnya saat dikonfirmasi wartawan BE 1 Lampung melalui pesan whatsapp sore tadi (28/8).

Saat wartawan mencoba menanyakan terkait kapan Walhi akan turun ke Selat Sunda, Mukri tak dapat menjawab fulgar.

“Besok baru akan dirapatkan. Kalau untuk waktunya, biasanya dirahasiakan,” tukasnya. (Doy)