METRO – Proses pemilu serentak 2019 yang amat panjang mengharuskan petugas bekerja ekstra. Tak terkecuali petugas Polri.

AKP Djoko Sarianto, polisi yang bertugas di Polres Metro menceritakan bagaimana dukanya petugas keamanan dalam menjaga situasi kondusif di setiap tahapan Pemilu.

Meski Metro cenderung aman dan kondusif, tapi penjagaan tetap menguras fisik dan energi.

“Pengamanan pileg dan pilpres 2019 di setiap tahapan memang situasinya kondusif di Metro ini. Itu jelas menjadi kebahagiaan kami, insan Polri dalam melakukan pengaman selama pemilu 2019 di Kota Metro ini,” kata Djoko dalam obrolan santai dengan wartawan BE 1 Lampung di gudang logistik Kotak Suara PPK Metro Timur, Jum’at (19/4/2019).

Pria yang juga bertugas sebagai Kepala Sub Bagian Humas Polres Metro itu juga menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah kewajiban menjalankan tugas sekaligus ibadah.

“Pada saat kita berada di lokasi yang menjadi titik perhatian kita sebagai anggota Polri, kita kan ketemu dengan banyak orang selain Polri, yang mereka juga ikut bertanggungjawab menjaga keamanan pemilu. Karena kita berbeda tapi saling bercerita dan bercanda gurau, sehingga itulah yang membuat sanya tidak terbebani dalam menjalankan tugas ini. Karena masyarakat lain juga ikut peduli dan membantu. Itulah yang membuat kita senang,” tuturnya.

Pria 57 tahun itu juga bercerita dukanya selama berjaga. Di usianya ini, yang terberat adalah usaha menahan rasa kantuk.

“Di saat muncul rasa kantuk, saya harus melepas rasa kantuk itu di tempat seadanya di tempat kita berjaga. Kalau hujan pas bocor kan tidak sadar netes dan saya terbangun. Saat bangun, ya sudah, jadi tidak mengantuk lagi,” ucapnya sembari tersenyum.

Meski berat, namun pria yang juga mantan Kapolsek Purbolinggo, Kab. Lampung Timur pada tahun 2018 itu tidak merasa terbebani atas tugas yang diembannya.

“Selama melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawab kita sebagai anggota Polri ini ya tidak ada duka nya. Jadi sudah menjadi hal biasa bagi anggota polri dalam melakukan pengamanan, sehingga saya rasa tidak ada duka karena saat melaksanakan tugas itu juga kita tidak sendiri,” katanya.

Djoko yang mulai berkarir di Institusi Polri dari Bintara sejak tahun 1984 itu berharap, Proses pemilu serentak yang panjang tidak menimbulkan perpecahan di masyarakat, sehingga pemilu menjadi sarana pendidikan politik menuju masyarakat yang demokratis.

“Sejak 1984 saya bertugas, berulangkali pelaksanaan pemilu dan memang pemilu kali ini yang prosesnya sangat panjang. Tapi dengan ini saya berharap agar pendidikan politik yang beretika dapat diaplikasikan ke masyarakat, sehingga Indonesia tetap dalam keadaan damai, aman dan sejuk tanpa perpecahan karena kita semua adalah saudara, satu Indonesia,” tutupnya. (Arby)