foto ilustrasi net

PESAWARAN �� Dugaan pungli kembali merebak di sekolah Pesawaran. Adalah SMPN 10 Satu Atap yang diduga melakukan pungutan liar (pungli) terhadap ratusan siswa di sekolah itu. Pungutan tersebut mereka lakukan dengan dalih untuk pembelian meubeler.

Salah seorang wali murid mengungkapkan, sekolah dan komite melakukan pemungutan uang sebesar Rp150 ribu persiswa. Pungutan tersebut dilakukan dengan dalih untuk pembelian kursi dan juga pembuatan pagar.� Parahnya lagi pungutan tersebut diambil tanpa adanya musyawarah terlebih dahulu dengan wali murid.

�Kami tidak tau apa-apa, tiba-tiba anak kami meminta uang Rp150 ribu. Katanya disuruh sekolah buat beli kursi. Karena sudah ketetapan dari sekolah ya kami gak bisa nolak,” ungkap salah seorang wali murid, kemarin

Setelah ditelusuri, pungutan tersebut ternyata telah berlangsung sejak enam tahun yang lalu, seperti yang diungkapkan wali murid lainnya.

“Pungutan itu sudah lama, bukan sekarang aja, mulai dari 2012 dulu nilainya Rp100 ribu, sekarang naik jadi 150,” paparnya.

Sementara itu kepala sekolah SMPN 10 Satu Atap Hilal membenarkan adanya pungutan terhadap siswanya. Namun dirinya menyerahkan sepenuhnya masalah tersebut kepada ketua komite.

“Itu urusan komite dan silahkan konfirmasi langsung kepada komite,” melalui telepon selulernya

Sementara Ketua komite SMPN 10 Satu Atap, Giyok juga turut membenarkan adanya pungutan tersebut. Dirinya mengatakan pungutan tersebut digunakan untuk membeli keperluan meubeler sekolah dan juga pembuatan pagar sekolah. “Dana itu untuk kerapihan sekolah agar kelihatan manis,” ujarnya

Ketika disinggung terkait dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Giyok mengatakan dirinya tidak mengetahui secara rinci terkait penggunaan dana BOS tersebut.

“Saya tidak tahu secara pasti mengenai pengalokasian dana BOS itu, termasuk kalaupun ada 20 persen yang digunakan untuk meubeler. Kepala sekolah tidak pernah bilang ke saya. Yang pasti saya cuma disuruh tanda tangan saja,” pungkasnya. (don)