PRINGSEWU – Tim pelaksanaan inovasi desa Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, melakukan tindak lanjut kegiatan dari Bursa Inovasi Desa (BID) yang sudah dilaksanakan pada tahun 2018 lalu. Acara dilaksanakan di Aula BKAD Sukoharjo, Kamis (17/10/19).

Kegiatan lanjutan ini adalah reflikasi inovasi desa untuk melakukan kajian umum terkait reflikasi inovasi desa yang melibatkan lembaga – lembaga dari Tim Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) agar desa mendapatkan jasa layanan teknis secara lebih berkualitas dari lembaga profesional, seperti perguruan tinggi, lembaga profesi, pendamping desa dan lembaga lainnya, serta pihak swasta.

Sementara itu P2KTD, bidang ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang diwakili oleh Atmi Sapta Rini, SE, MM, bersama dua mahasiswa tingkat akhir yaitu Frendi Nurmansyah dan Eli Nurmawan. Seperti dari Himpaudi Kabupaten Pringsewu untuk materi Pengembangan SDM yang diwakili oleh Arshinta.

Ketua TPID Sukoharjo Saryono menyampaikan bahwa rencana dari reflikasi inovasi desa ini adalah mengubah lahan tidur menjadi lahan produktif dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, dengan konsep “Wisata Edukasi”.

“Dengan harapan adanya wisata Edukasi ini Mampu mengangkat ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga atau toga, ucapnya.

Setelah kajian umum ini TPID Sukoharjo akan melanjutkan dengan diskusi teknis terkait Reflikasi inovasi desa dengan melibatkan Pihak- Pihak yang berkompeten di bidangnya.

Atmi Sapta Rini perwakilan dari P2KTD Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Pringsewu dalam sela-sela acara Lahan tidur, alias lahan pertanian yang tidak lagi dimanfaatkan dapat menjadi potensi bagi suatu wilayah untuk meningkatkan produktivitas dan mencipta inovasi.

Dengan gagasan gemilang, menanami tanaman herbal atau tanaman obat keluarga (TOGA).

�Tentu kami mendukungnya secara serius ya. Ini kan tadinya dari pemanfaatan lahan tidur di lingkungan pekarangan warga yang selama ini tidak produktif. Berkat kreativitas dari masyarakat sini, mereka secara swadaya akan menanam berbagai macam tanaman herbal,� terang rini.

Rini pun menuturkan, edukasi tanaman herbal sangat penting bagi masyarakat, terutama melihat dampak arus global yang kian menjauhkan masyarakat terhadap fungsi tanaman herbal sebagai jamu tradisional.

�Kami awalnya juga ingin mengedukasi masyarakat berkaitan dengan penggunaan tanaman herbal sebagai obat-obatan tradisional,� sambung rini. (Adic)