METRO – Piramida Terbalik menjadi topik awal pembahasan Pendidikan Pelatihan (Diklat) dasar penulisan suatu berita sesuai kode etik jurnalistik (KEJ) di PWI Kota Metro, Jum’at (1/11/2019).
Narasumber Diklat Umum PWI Kota Metro, Husni Hasbullah memaparkan, Piramida Terbalik adalah metode dasar suatu informasi yang tertuang dalam sebuah pemberitaan.
“Dalam Piramida Terbalik dasarnya 5W+1H (Who, Why, When, Were, What +How). Si penulis berita yang menentukan mana dasar yang menarik pembaca untuk dijadikan Lead berita,” katanya.
Ia menjelaskan, dalam 5W+1H penulisan berita menjadi jelas, lugas, Berimbang. Selain itu memudahkan pembaca menyerap informasi yang diberikan dalam sebuah pemberitaan.
“Lead berita adalah inti suatu berita atau peristiwa yang terjadi. Sehingga penulisan sesuai akidah peraturan kode etik jurnalis dan tidak asal-asalan menulis berita,” jelasnya.
Menurutnya, tidak semua ucapan yang disampaikan narasumber harus tertuang dalam sebuah pemberitaan.
“Terkadang ada nara sumber yang berkata kasar. Nah, kata-kata kasar ini tidak layak dimuat dalam suatu pemberitaan. Disinilah fungsi kita sebagai penulis untuk bermain kata-kata, kita buat kata-kata kasar menjadi kata-kata layak muat. Makanya kita harus banyak belajar kata-kata dalam berbahasa,” tambahnya.
Ketua PWI Kota Metro, Abdul Wahab menambahkan, sebuah pemberitaan adalah informasi atau fakta realita yang disampaikan dalam penulisan informasi yang sejelas-jelasnya.
“Inti dari sebuah pemberitaan adalah SPOK (Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan). Jika kita sudah paham ini, penulisan pemberitaan akan berjalan sesuai pemikiran kita seperti apa yang terjadi dilapangan,” tambahnya.
Dalam SPOK juga, lanjut Wahab, informasi pemberitaan akan lengkap dan lugas ke kalangan pembaca.
“Dengan SPOK juga, berita akan lebih singkat, padat, dan jelas,” pungkasnya. (Arby)