TANGGAMUS – Harga bawang merah di tingkat petani di Tanggamus anjlok. Untuk satu kilogram (kg) biasanya dihargai Rp12-15 ribu turun menjadi Rp7-8 ribu per kg.
Kondisi ini jelas membuat petani mengeluh. Pasalnya, jumlah itu tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani selama musim tanam.
Petani bawang merah setempat, Muayin Zen, mengatakan, biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk perawatan hingga panen bawang merah tiap satu hektar lahan mencapai Rp80 juta.
Hal ini sebanding jika petani mendapatkan harga yang relatif lebih stabil, yaitu Rp12 ribu sampai dengan Rp15 ribu, petani sudah mendapat keuntungan dengan produksi 8 ton per hektar. Akan tetapi saat ini harga bawang turun drastis dan imbasnya petani bawang merah merugi.
“Ketika harga jual di tingkat petanj anjlok seperti saat ini, semua yang berkepentingan menghilang. Semua petani seolah-olah didiamkan. Berbeda jika harga harga jual di pasar tinggi, semua ribut. Dan berbagai upaya dilakukan oleh Kementrian untuk mengantisipasinya, seperti gerakan menanam bawang dan cabai tahun lalu,” katanya, Rabu (03/10/2018).
Masih menurut Muayin, anjloknya harga bawang merah saat ini lantaran karena di setiap daerah yang merupakan sentra bawang merah tengah panen raya.
Muayin juga mengkritik Kementrian yang mengelontorkan bantuan bibit tanpa memahami karakteristik daerah.
“Kalau pemerintah mau gelontorkan bantuan, diharapkan yang paling tepat itu dengan program tugas pembantuan (TP). Keuntungannya, Pemkab melalui Dinas Pertanian tentu tahu betul kapan musim tanam yang pas serta tepat, sehingga tidak merugikan petani,” ujarnya.
Muayin menambahkan, jika program TP tersebut tidak digulirkan tentu imbasnya akan terus terjadi panen raya di semua daerah di Indonesia.
Mirisnya, kendati saat ini panen raya, yang seharusnya masyarakat membeli bawang dengan harga murah, justru harga bawang di tingkat pasar mencapai harga Rp15 ribu sampai dengan 16 ribu per kilogram.
“Ditingkat petani harga bawang anjlok, sementara di tingkat pedagang harga melonjak drastis hingga mencapai Rp15 ribu. Tentunya disini tidak ada keadilan pasar antara petani dan pedagang. Dan saya harap bagaimana di setiap daerah nantinya ada toko tani indo centre (TTIC) yang bisa menampung hasil petani dengan harga yang layak,” imbuhnya. (Ahmad/Heri)