SAYA masih ingat betul senyapnya ruangan pada hari Minggu, 7 Desember 2025, ketika Bapak H. Tony Eka Candra, Ketua DPD GRANAT Provinsi Lampung, berdiri memberikan kata sambutan di depan puluhan remaja dari SMA, SMK, dan MA se-Kota Bandar Lampung.
Tidak ada slide penuh angka, tidak ada grafik menakutkan. Yang ada hanya suara beliau yang bergetar, mata yang berkaca-kaca, dan satu kalimat pembuka yang langsung menusuk ulu hati:
“Saudara-saudara sekalian… saya bukan datang untuk mengajari kalian takut pada narkoba. Saya datang untuk mengajak kalian bahwa kalian terlalu berharga untuk jadi korban.”
Ruangan yang tadinya gaduh langsung hening. Bahkan napas pun seperti berhenti sejenak.
Beliau bercerita tentang seorang anak remaja. Dia kelas 3 SMA di Lampung yang dulu sangat berprestasi. Dia cuma “iseng” mencoba sabu sekali di ulang tahun teman. Enam bulan kemudian, tubuhnya tinggal 38 kg, ibunya menangis histeris di depan GRANAT, dan remaja itu sendiri menangis memohon, “Pak, tolong selamatkan saya… saya nggak mau mati dulu, saya masih mau lihat ibu saya bahagia…”
Saat Pak Tony menceritakan itu, air mata beliau jatuh. Bukan air mata aktor. Itu air mata seorang ayah, seorang pejuang, seorang manusia yang sudah puluhan tahun memungut potongan-potongan hidup anak bangsa dari jurang narkoba.
Lalu beliau bertanya kepada para peserta, suaranya parau tapi tegas:
“Kalian tahu bedanya kalian sama remaja itu apa?
Bukan karena kalian lebih pintar.
Bukan karena kalian lebih kuat.
Bedanya cuma satu: kalian masih punya kesempatan untuk memilih HARI INI!”
Ruangan jadi hening. Bukan hening canggung, tapi hening yang berat—yang membuat semua orang sadar: apa yang tadi diceritakan Pak Tony itu nyata, dan bisa menimpa siapa saja di sini.
Saat itu saya tahu, ini bukan lagi sekadar pelatihan biasa.
Ini momen di mana puluhan anak muda tiba-tiba merasa, “Gue nggak mau jadi cerita seperti itu. Dan gue nggak mau temen gue jadi cerita seperti itu.”
Nggak ada drama berlebihan.
Cuma kesadaran yang datang pelan, tapi dalam sekali.
Dan itu cukup.
Pak Tony kemudian berkata sesuatu yang sampai sekarang masih bergema di kepala saya:
“Narkoba itu seperti orang yang menawarkan tangga ke surga, tapi tangganya terbuat dari tulang belulang teman-teman kalian yang sudah jatuh lebih dulu. Jangan pernah naik tangga itu. Kalian bukan penutup cerita mereka. Kalian adalah harapan baru yang akan menulis akhir bahagia untuk bangsa ini.”
Jangan pernah mencoba, sekali mencoba akan terjerumus selamanya, pesan Pak Tony.
One Way Ticket: Hanya ada tiket pergi dan tak ada tiket untuk kembali.
Beliau mengajak kita melihat peran GRANAT bukan sebagai “polisi moral”, tapi sebagai “saudara tua” yang siap menampung kapan saja kita goyah. Beliau katakan, “Kalau suatu saat kalian ditawari narkoba dan kalian takut menolak, cukup bilang: ‘Maaf, saya janji sama Pak Tony GRANAT nggak boleh’. Kami akan jemput kalian, kami akan lindungi kalian. Kalian tidak pernah sendiri.”
Dan bagian yang paling membakar semangat adalah ketika beliau menutup materinya dengan kalimat ini:
“Ingat, anak-anakku…
Dunia ini tidak butuh remaja yang hanya pintar dan sukses.
Dunia ini butuh remaja yang berani menyelamatkan temannya dari kematian berjalan bernama narkoba.
Kalian bukan generasi strawberi.
Kalian generasi pejuang.
Dan mulai hari ini, kalian adalah penyuluh sebaya, penjaga masa depan Indonesia.”
Saat itu semua berdiri. Tepuk tangan menggelegar. Bukan tepuk tangan sopan. Tapi tepuk tangan yang disertai rasa haru dan janji-janji suci di antara para remaja: “Kita lawan bareng. Kita lindungi bareng. Kita nggak akan biarkan satu pun temen kita jatuh.”
Hari itu, 7–9 Desember 2025, bukan sekadar pelatihan.
Hari itu adalah kelahiran puluhan pahlawan kecil bernama Penyuluh Remaja Sebaya Anti Narkoba Kota Bandar Lampung.
Terima kasih, Pak H. Tony Eka Candra.
Terima kasih GRANAT.
Karena kalian, kami percaya:
Meskipun kata orang jaringan Narkoba itu kuat.
Tapi cinta kami pada teman, keluarga, dan masa depan Indonesia, jauh lebih kuat.
Salam perang terhadap narkoba.
Salam generasi yang sadar, berani, dan penuh kasih.
Kami bangga menjadi bagian dari perjuangan ini.
#StopNarkoba
#GranatLampung
#P4GN
#GenerasiEmasBebasNarkoba
Ditulis oleh:
SUSANTO SAMAN
(Dosen UBL / Penyuluh dan Konselor P4GN DPP GRANAT Provinsi Lampung)
*Catatan ini ditulis saat dalam kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Penyuluh Remaja Sebaya P4GN Tingkat SMA/SMK/MA se-Kota Bandar Lampung pada 7–9 Desember 2025, di Balai Guru dan Tenaga Kependidikan Provinsi Lampung, yang diselenggarakan oleh DPC GRANAT Kota Bandar Lampung bersama Pemerintah Kota Bandar Lampung, Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, BNN Provinsi Lampung, dan Satnarkoba Polresta Bandar Lampung.



















