PESAWARAN � Di hari terakhir menjabat sebagai Bupati Pesawaran (periode pertama), Dendi Ramadhona menyempatkan diri untuk mengunjungi Adli Saputra (14), ramaja asal Desa Bernung, Kecamatan Gedong Tataan yang menderita penyakit langka, Rackettsia., Rabu (17/2/21)
�Saya baru dapat informasi bahwa di Kabupaten Pesawaran ada warga kita yaitu Aldi Saputra (14 Tahun) yang mengidap penyakit langka yaitu Rackettsia. Saya juga baru tahu penyakit ini ada di Kabupaten Pesawaran,� katanya.
Menurutnya, penyakit tersebut tergolong langka untuk di Indonesia.
�Secara fisik adik Aldi ini memang terganggu. Tapi mental dan pikirannya sama dengan anak seusianya. Jadi yang terganggu ini pertumbuhan tulangnya. Nah ini merupakan satu-satunya kasus yang ada di Kabupaten Pesawaran,� ujarnya.
Dijelaskannya, sejauh ini Pemkab Pesawaran memang sudah memberikan perhatian kepada pasien tersebut. Namun kondisi mengharuskan pasien itu mendapatkan penanganan yang lebih baik.
�Kami tadi berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan dan juga beberapa petugas medis bersama-sama mencari referensi untuk pengobatannya. Yang pasti pasien ini juga sudah kita tangani melalui Puskesmas Bernung, dimana selama ini juga didampingi apabila terjadi keluhan, serta sudah pernah juga kami rujuk ke Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin dan memang disarankan untuk berobat keluar negeri yaitu Singapura,� ujar Bupati.
Sebab, kata Dendi, belum ada rumah sakit yang menangani penyakit ini secara spesifik di Indonesia.
�Maka itu sementara hanya diberikan obat penunjangnya saja seperti vitamin D, Kalsium dan Fosfor. Tapi memang karena bakterinya sudah menyebar dan mengganas makanya dukungan obat tadi dirasa belum mumpuni untuk mengatasi penyakit tersebut,� jelas Dendi.
Ia meminta kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran untuk bisa mencari solusi pengobatannya.
�Kita masih cari referensi penanganannya di Indonesia. Jika ada tentunya akan kita rujuk. Tapi kalau harus ke luar negeri, ya kami harus minta dukungan pemerintah pusat, terutama Kementerian Kesehatan dan lembaga terkait, karena lintasnya sudah antar negara. Kalau untuk mobilisasinya saja mungkin Pemkab Pesawaran sanggup tapi untuk disana pengobatannya seperti apa, karena di Singapura tidak bisa menggunakan BPJS,� jelasnya.
Dan yang lebih penting juga kondisi pasien harus dipastikan kuat.
�Tadi kita lihat bersama pasien ini untuk duduk saja dan bergerak tidak bisa, harus dibantu orang lain. Tapi yang pasti saya juga sudah minta Dinkes Pesawaran untuk segera mencari referensi rumah sakit di Indonesia yang bisa menangani. Setidaknya menghentikan penyebaran penyakit di badan pasien ini,” pungkasnya. (Don)