LAMPUNG BARAT – Dua puluh enam tahun yang lalu, tepatnya 16 Februari 1994 pernah terjadi gempa dahsyat di Lampung Barat.
Gempa dengan pusat gempa di Liwa, berkekuatan 6,5 SR itu menelan korban hingga 207 jiwa, mulai pria dewasa, wanita dewasa, hingga anak-anak.
Komunitas Bikers Subuhan Lampung Barat tergerak melakukan peringatan. Setelah Sholat Subuh berjamaah di Masjid Kegeringan Batu Brak, mereka lanjut ziarah kubur ke kuburan masal korban gempa Liwa di lingkungan RSUD Alimuddin Umar.
Di monument Gempa Liwa itu para Bikers Subuhan memanjatkan doa untuk korban gempa Liwa 94 yang diimami oleh Ustadz Gufron.
Ustadz Gupron mengatakan saat terjadi gempa Liwa, beliau masih kelas 6 SD. Ia merasakan betul dahsyatnya gempa saat itu.
Rian, salah satu Ketua Bikers Subuhan Lampung Barat mengaku baru ini tau lokasi monumen gempa Liwa dan cerita gempa Liwa dari Ustadz Gufron.
Para ketua BS yang lain mengatakan sangat pentingnya terutama pemuda dan masyarakat Lampung Barat pada umumnya untuk terus mengingat gempa yang pernah terjadi di tahun 94 itu.
“Guna kewaspadaan bersama bahwa Liwa memang rentan terjadinya gempa . Dan berharap pemerintah lebih peduli dengan monument gempa Liwa ini dan membuat peringatan resmi dan rutin oleh pemerintah kabupaten Lampung Barat, agar generasi muda dan seluruh masyarakat Lampung Barat tetap waspada,” harapnya.
Eka Fendias yang juga ketua BS Lambar lainnya dan juga ketua GENPI Lampung Barat mengatakan dengan memperingati gempa Liwa 94 ini untuk mengingatkan semua warga Lampung Barat yang memang dilewati patahan semangko, yang merupakan pusat gempa yang terjadi. D
engan mengingat itu sehingga warga akan waspada untuk mengurangi korban jika terjadi bencana alam.
“Masyarakat saat membangun rumah atau bangunan lainnya juga memikirkan konstruksi yang pas di daerah yang memang dilalui patahan semangko ini,” harapnya. (Jul)
.