BANDAR LAMPUNG – Syifa Az Zahra (21) atau yang akrab dipanggil Syifa, mahasiswi semester 7 Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung (Unila) harus berjuang melawan penyakit kelainan jantung yang dideritanya.
Syifa merupakan anak ke-6 dari 6 bersaudara dari orang tua Aries Munandar Zainul (alm) & Kokoy Wahyuwani. Syifa berdomisili di Desa Talang Padang Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus. Pekerjaan orangtua (ayah) semasa hidupnya adalah petani & Ibu seorang Ibu Rumah Tangga.
Thomas Aria Cipta, kakak kedua Syifa, Rabu (15/10/2025) menceritakan, diagnosa awal dokter adalah adanya Regurgitasi katup mitral yaitu kondisi di mana katup mitral di jantung tidak menutup dengan benar, menyebabkan darah bocor kembali ke atrium kiri saat ventrikel kiri berkontraksi. Kondisi ini dapat membebani jantung dan memicu gejala seperti sesak napas, kelelahan, dan pembengkakan pada kaki. Penanganan dapat bervariasi dari obat-obatan, prosedur minimal invasif seperti pemasangan klip katup, hingga pembedahan untuk memperbaiki atau mengganti katup yang rusak, biaya penggantian katup jantung yang mencapai Rp67 juta.
“Penyakit ini mulai diketahui pada bulan Februari 2025, selepas Syifa diperbolehkan pulang dari RS karena perawatan DBD. Selama periode Februari–September 2025, Syifa disarankan rawat jalan kontrol bulanan dengan pemberian obat jantung untuk mengatur irama jantungnya,” terangnya.
Selanjutnya kata Thomas, pada saat kontrol di bulan Agustus 2025, dokter menyarankan agar Syifa di rujuk ke RS yang lebih besar di Jakarta. Kemudian kami memutuskan pada akhir September 2025 untuk melakukan kontrol ke RS Jantung Jakarta (Jakarta Health Center) bertemu dgn Dokter Spesialis Jantung Yovi Kurniawati.
“Keluhan yang dialami Syifa selama sakitnya adalah mudah lelah walaupun hanya aktivitas berjalan kaki ± 200 meter, batuk yang tidak berhenti selama 6 bulan, dan susutnya berat badan mencapai 10 kg dari semula 45 kg menjadi 35 kg,” ucap Thomas lirih.
Thomas mengungkapkan, hasil pemeriksaan di RS Jantung Jakarta, dokter Yovi menyarankan bahwa Syifa harus segera di rawat dengan mempertimbangkan keselamatannya. Alhasil, tanggal 18 September 2025 Syifa langsung dirawat di ICU RS Jantung Jakarta. Dan kemudian dengan mempertimbangkan perawatan dan tindakan medis akhirnya Syifa di rujuk ke RS Harapan Kita mulai tanggal 19 September 2025.
“Di RS Harapan Kita, Syifa langsung diterima di ruang ICU untuk pemeriksaan darah dan tanda vital lainnya. Dan diketahui bahwa Regurgitasi Katup Mitral yang diderita Syifa disebabkan adanya infeksi pada jaringan jantungnya.
Kondisi ini disebut Definite IE yaitu Endokarditis infektif (IE) adalah infeksi pada lapisan dalam jantung, yang disebut endokardium, dan sering kali mempengaruhi katup jantung. Kondisi ini disebabkan oleh bakteri atau jamur yang masuk ke aliran darah, menempel pada katup jantung, dan membentuk gumpalan infeksius (vegetasi) yang dapat merusak jaringan dan mengganggu fungsi jantung secara serius,” bebernya.
Thomas menambahkan bahwa metode perawatan IE ini adalah pemberian antibiotik intravena selama 2–4 minggu, dan Alhamdulillah Syifa sudah menjalani ± 3 minggu ini.
Selama periode perawatan antibiotik, dokter menyatakan bahwa Syifa sudah layak untuk dilakukan tindakan operasi. Tindakan yang dimaksud adalah penggantian katup jantung yang rusak akibat infeksi dan pembersihan jaringan infeksinya, ujarnya.
Thomas menjelaskan, metode pra operasinya panjang, transfusi 4 kantong darah, persiapan MRI Scan zat kontras, kemudian TEE, dan lain-lain. Transfusi 4 kantong darah dilakukan untuk menaikkan Hb pada darah menjadi batas normal >12 g/dl, sebelum transfusi Hb darah Syifa berada di rentang 6–8 g/dl.
MRI Scan zat kontras adalah jenis pemeriksaan pencitraan yang menggunakan zat kontras yang disuntikkan ke dalam tubuh untuk membuat gambar MRI lebih jelas dan detail. Zat kontras ini membantu menyoroti organ, pembuluh darah, dan jaringan tertentu, seperti tumor atau peradangan, yang sulit terlihat pada MRI standar. Zat ini meningkatkan visibilitas area-area spesifik sehingga membantu dokter membuat diagnosis yang lebih akurat.
Sedangkan TEE (Ekokardiogram Transesofageal) sebuah prosedur medis untuk mengambil gambar jantung menggunakan gelombang suara (ultrasound) dengan cara memasukkan tabung tipis dan fleksibel yang disebut transduser melalui kerongkongan. Prosedur ini menghasilkan gambaran jantung yang lebih detail karena posisinya sangat dekat dengan jantung, tidak terhalang oleh tulang dada atau jaringan paru-paru seperti pada ekokardiogram standar.
Thomas berharap ada uluran tangan dari para dermawan dan juga pihak Pemkot Pemkab Tanggamus atau Pemprov Lampung, agar bisa membantu biaya pengobatan dan perawatan Syifa agar dapat lekas sembuh sehingga Syifa bisa dapat kembali melanjutkan kuliahnya. Alhamdulillah, operasi penggantian katup jantung sudah berhasil dilakukan dengan baik pada Hari Jumat (10 Oktober 2025).
Thomas menguraikan, biaya katup bioprostetik tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan (Non Kompendium Alkes), hanya biaya tindakan operasi dan perawatan yang termasuk ditanggung BPJS. Biaya katup yang ditanggung BPJS hanya Katup Mekanis (berbahan dasar logam). Memang, usia pakai katup ini bisa seumur hidup, tapi risikonya pasien harus minum obat pengencer darah sepanjang hidupnya. Adik Syifa dalam usia 21 tahun ini, Insya Allah nanti akan menikah dan berencana memiliki keturunan sehingga tidak disarankan menggunakan katup mekanis karena akan beresiko tinggi untuk janin dan ibu hamil. Sedangkan usia pakai katup bioprostetik bisa mencapai 10–15 tahun.
Kata Thomas, kami melakukan ikhtiar dengan melakukan penggalangan dana melalui https://kitabisa.com/campaign/orangbaikbantusyifa?utm_source=socialsharing_campaigner_web_db85018a7d25480e8ab8c4904afa3499&utm_medium=share_campaign_copas&utm_campaign=share_detail_campaign.
“Syifa saat kuliah merupakan mahasiswi yang sangat aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Kimia (Himaki) FMIPA Unila & Unit Usaha ChemCafe. Selain dari bantuan dana dari kitabisa.com, ada juga beberapa donasi yang sudah kami terima antara lain dari Keluarga Besar Batin Nyinang Marga di Lampung, sivitas akademika Kimia FMIPA Unila, Keluarga FORKOM BIDIKMISI KIP/K Unila, Keluarga Alumni SMA 85 Jakarta, keluarga besar, teman dan sahabat yang sayang dengan Syifa,” tuturnya.
“Dari kisah perjuangan Syifa ini, kita bisa belajar mengenai pentingnya kesadaran menjaga kesehatan jantung karena berkaitan dengan nyawa dan biaya pengobatan yang tidak sedikit serta proses yang cukup melelahkan.
Penggalangan donasi melalui kitabisa.com, sangat membantu kami untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan mulai menjelang dan paska operasi serta selama perawatan Syifa di RS Harapan Kita Jakarta,” pungkas Thomas.
(Iman Prihartono)