LAMPUNG TIMUR – Kasus keracunan makanan kembali mencoreng program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah.
Jumat (26/9/2025), sedikitnya 30 siswa SD dan SMP di Kecamatan Bumi Agung mengalami pusing dan muntah usai menyantap menu MBG di sekolah.
Peristiwa bermula di SD Negeri 2 Lehan, ketika 15 siswa mengeluh mual dan muntah. Pihak sekolah segera mengevakuasi para siswa ke RSUD Sukadana. Namun jumlah siswa yang terdampak terus bertambah hingga siang hari.
Bupati Lampung Timur, Ela Siti Nuryamah, mengonfirmasi data terkini per pukul 13.00 WIB.
“Jumlah pasien 30 anak, SD 24 orang dan SMP 6 orang. Sebanyak 16 sudah menjalani rawat jalan dan diperbolehkan pulang, sedangkan 14 anak lainnya masih dirawat inap,” kata Ela.
Meski penanganan medis dinyatakan terkendali, kasus ini memunculkan pertanyaan publik terkait standar kebersihan dan kualitas gizi dalam program MBG. Pemerintah daerah telah mengambil sampel makanan dan muntahan untuk diuji laboratorium.
“Kita pantau terus, kita evaluasi secara menyeluruh. Segera kita lakukan investigasi mulai dari kehigienisan makanan, cara pengolahan, hingga kompetensi penjamah makanan,” tegas Ela.
Sejumlah pemerhati pendidikan menilai insiden ini harus menjadi momentum evaluasi serius. Selain memastikan penyebab keracunan, pemerintah perlu memperketat pengawasan rantai penyediaan makanan – mulai dari dapur produksi, transportasi, hingga penyajian di sekolah.
Pengamat kebijakan publik, misalnya, menekankan bahwa program makan gratis tidak boleh hanya mengejar kuantitas tetapi harus menjamin keamanan pangan.
“Jika pengawasan lemah, risiko kesehatan anak-anak bisa jauh lebih besar daripada manfaatnya,” ujarnya.
Kasus ini juga menyoroti kesiapsiagaan sekolah menghadapi kejadian luar biasa. Apakah setiap sekolah sudah memiliki prosedur standar penanganan keracunan makanan, termasuk akses cepat ke fasilitas kesehatan?
Hasil uji laboratorium akan menjadi kunci menentukan langkah lanjutan Pemkab Lampung Timur. Publik pun menunggu keterbukaan hasil investigasi agar kasus serupa tidak kembali terjadi di masa depan. (Rusman Ali)