JAKARTA – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah Cholil Nafis mengingatkan Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa untuk menjaga lisan saat berkomunikasi dengan masyarakat.
Cholil meminta Purbaya tidak “songong’ alias tidak arogan dan terkesan sombong.
Menurut Cholil, Purbaya juga kurang arif saat menyampaikan alasan.
“Saya berharap kepada menteri-menteri, khususnya menteri baru ini, seperti Menteri Keuangan, sudah minta maaf, tolong berikutnya dijaga. Karena apa? Masyarakat ini cara menerimanya beda-beda, sehingga komunikasinya jangan terkesan arogan,” katanya.
“Menteri jangan terkesan mampu sendiri, cukup dari kebijakannya dirasakan oleh kita,” kata Cholil.
Cholil meminta Purbaya sadar diri bahwa menjadi pejabat publik dengan bukan pejabat publik sangat berbeda. Menjadi pejabat publik, menurutnya, akan mendapat banyak sorotan.
Cholil berpendapat, ketika seseorang menjadi pejabat publik, berarti sudah milik rakyat. Artinya, siapa pun bisa mengkritik.
“Tolong, ketika jadi pejabat, dia sudah menjadi milik publik dan publik berhak menyoroti, publik juga berhak untuk menanggapi itu,” tegasnya.
Sebelumnya, Menkeu baru Purbaya Yudhi jadi sorotan usai menyebut tuntutan 17+8 hanya sebagian kecil rakyat.
Ucapan itu dikatakan Purbaya sehari sesudah dilantik jadi Menkeu menggantikan Sri Mulyani
Purbaya sendiri sudah meminta maaf dengan pernyataannya. (detik)