BANDARLAMPUNG  – DPRD Kota Bandarlampung Kamis 18 September 2025 menggelar hearing bersama DPC GRANAT Kota Bandarlampung dan beberapa pihak lainnya. Ini terkait buntut tertangkapnya lima pengurus dan anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Lampung yang sedang pesta ineks (pil ekstasi,red) pada Kamis malam 28 Agustus 2025. Dimana mereka diciduk petugas Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Lampung, di Room Calisto Astronom Karoeke Hotel Grand Mercure, Bandarlampung.

Menurut Ketua DPC GRANAT Kota Bandarlampung, Gindha Ansori Wayka, S.H., M.H., dari hasil hearing diketahui jika Dinas Perizinan Kota Bandarlampung, menyatakan bahwa izin Karoeke Astronom Hotel Grand Mercure Bandarlampung sudah dinyatakan lengkap.

Namun demikian, pihaknya masih menunggu jawaban secara tertulis terkait apa yang dipaparkan oleh Plt Kadis Perizinan dalam menjawab surat DPC GRANAT Kota Bandarlampung kepada Walikota yang telah dilayangkan beberapa waktu lalu.

Disamping itu,  DPC GRANAT Bandarlampung juga meminta dilakukan investigasi melibatkan satker terkait apakah karoeke Astronom Hotel Grand Mercure telah melanggar secara administrasi, kategori ringan atau berat. Ini menyangkut peristiwa penyalahgunaan narkotika yang terjadi.

“Jika dalam investigasi di simpulkan Karoeke Astronom Hotel Grand Mercure Bandarlampung dinyatakan melanggar izin dengan kategori berat, maka Pemkot Bandarlampung harus menutup dan mencabut izin operasionalnya,” tegas Ansori.

Selain itu, Ansori juga minta Kapolresta Bandarlampung mengecek izin Karoeke Astronom Hotel Grand Mercure dan izin keramaian tempat hiburan lainnya di Bandarlampung.

“Sementara terkait sikap pengelola Karoeke Astronom Hotel Grand Mercure yang menyatakan mereka sudah berupaya mengingatkan jangan ada penggunaan narkotika di setiap ruang karoeke, kita memandang perlu dilakukan peningkatan pengawasan bekerja sama pihak kepolisian atau BNN agar tak terulang kembali,” tandas Ansori.

Bahkan menyikapi kondisi ini, DPC GRANAT Kota Bandarlampung sedang mempertimbangkan melakukan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap Karoeke Astronom Hotel Grand Mercure. Alasannya terbukti jadi tempat penggunaan dan penyalahgunaan narkotika karena bertentangan dengan semangat Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) yang menjadi program utama Pemerintah.

“Dengan adanya peristiwa ini terjadi di Karoeke Astronom Hotel Grand Mercure, pihak pengelola diduga lalai dalam implementasi Peraturan Daerah Kota Bandarlampung Nomor 15 Tahun 2023 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika,” pungkasnya.

Sebelumnya terkait penanganan kasus ini, ratusan massa yang mengatasnamakan Aliansi Anti Narkoba telah dua kali mendemo Kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Lampung. Aksi pertama digelar di kantor BNNP Lampung, Jalan Ikan Bawal, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Senin 8 September 2025 lalu. Sementara aksi kedua dilakukan Selasa (16/9/2025).

Dalam aksinya massa menuntut agar lima pengurus dan anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Lampung yang sebelumnya ditangkap dalam kasus penggunaan pil ekstasi di Room Calisto Astronom Karaoke Hotel Grand Mercure, Bandarlampung, Kamis malam 28 Agustus 2025, kembali ditahan.

Mereka adalah, M.RANDY PRATAMA, Lahir di Bandar Lampung, 04 September 1990 , Umur 35 tahun, Pekerjaan  Wiraswasta, Suku Lampung, Agama Islam, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat tempat tinggal Perum Korpri Blok B12 No.5 Lk.II RT.002 Kelurahan Korpri Raya Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung.

Lalu, SAPUTRA AKBAR WIJAYA HARTAMAN S.Sos, lahir di Bandar Lampung 22 februari 1990, umur 35 tahun, pekerjaan Karyawan Swasta, suku Lampung, agama Islam, kewarganegaraan Indonesia, alamat tempat tinggal jalan Cendana Blok A3 No.5 Kelurahan Beringin Raya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

Kemudian, RIGA MARGA LIMBA S.T., BIN RIZAL ENDI, Lahir di Bandar Lampung 2 Januari 1981, 34 tahun, agama Islam, pekerjaan wiraswasta, pendidikan terakhir S1, kewarganegaraan Indonesia, alamat sesuai KTP Pomentia Residen Blok E5 Jalan Aselih Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa, Provinsi DKI Jakarta.

Selanjutnya, WILLIAM BUDIONO Bin M TAUHID, lahir di Gisting 04 Maret 1991 ,34 tahun, Islam , Wiraswasta, SMA, suku Palembang, Indonesia, Jalan Kesehatan No.34 Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Teluk Betung Utara, Kota Bandar Lampung.

‌Terakhir, SEPTIANSYAH BIN LUKMANSYAH, lahir di Kotabumi, 19 September 1989, 35 tahun, Islam, wiraswasta ,S1, suku Lampung, Indonesia, Perumahan Bukit Alam Permai III Kelurahan Rajabasa Nunyai, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung.

Sebelumnya dalam aksi pertama, massa aksi menyampaikan tiga poin tuntutan. Pertama, BNNP Lampung diminta menahan kembali lima pengurus HIPMI Lampung yang kini berstatus rehabilitasi, dengan alasan demi keadilan hingga persidangan selesai.

Kedua, massa menuntut penangkapan penyuplai narkoba yang disebut masih berkeliaran.

Ketiga, mereka mendesak agar oknum di BNN Lampung yang diduga menerima uang untuk melancarkan status rehabilitasi segera diperiksa.

Dalam aksi itu, Plt Kepala BNNP Lampung, Kombes Karyoto menegaskan bahwa pihaknya tidak bisa memutuskan langsung terkait tuntutan tersebut. Ia menyebut masih harus berkoordinasi dengan BNN Pusat.

“Terima kasih kepada semua yang telah hadir, akan tetapi kami tidak bisa memutuskan karena harus melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pihak BNN Pusat,” ujar Karyoto.

Ia menambahkan, keputusan akhir terkait tuntutan massa nantinya ditentukan langsung oleh BNN Pusat.

“Tentunya nanti akan kita sampaikan langsung kepada pihak BNN Pusat mengenai tuntutan tersebut. Kami akan meminta petunjuk atau perintah bagaimana dari BNN Pusat,” pungkasnya.

Seperti diketahui dalam penggerebekan di Room Calisto Astronom Karoeke Hotel Grand Mercure, Bandarlampung, Kamis malam 28 Agustus 2025, petugas BNNP Lampung menemukan tujuh butir pil ekstasi di dalam tas, dari total 20 butir yang diduga telah dikonsumsi.

Meski sempat diamankan, kelima pelaku bersama lima pemandu lagu, tidak ditetapkan sebagai tersangka. BNNP berdalih barang bukti pil ekstasi yang ditemukan kurang satu butir sehingga kasusnya tidak bisa dinaikkan ke tahap penyidikan.

Kelima pengurus dan anggota HIPMI tersebut kemudian menjalani rehabilitasi, yang kini memicu protes keras dari masyarakat dan aktivis anti narkoba.(red)