BANDARLAMPUNG – Dualisme kepengurusan DPD Golkar Provinsi Lampung terus meruncing. Versi Alzier Dianis Thabranie menyorong Ridho Ficardo. Sementara kubu Arinal Djunaidi ngotot tetap mengusung Arinal. Kondisi ini memancing para tokoh Golkar untuk berkomentar. Fauzi AT, misalnya mengatakan tidak akan ada cagub dari Golkar kalau dualisme ini terus terjadi.

“Sampai saat batas akhir pendaftaran KPU, Golkar masih gaduh di dalam. Saya sangat prihatin dengan kondisi Golkar saat ini,” ucap mantan Ketua Karang Taruna ini, Jumat (24/11).

Dualisme ini muncul, analisa Fauzi, karena Arinal gagal menjalin komunikasi politik. Harusnya sebagai orang baru di Golkar Arinal merangkul semua pihak. Fauzi juga menyesalkan sikap Arinal yang menolak munaslub. Atau kalau pun terpaksa munaslub dilakukan setelah penetapan cagub.

“Ini kan sikap politik yang egois, hanya mementingkan kepentingan kelompoknya saja. Kalau kita kader, harusnya harus mendorong digelar munaslub.� Maka bisa saja DPD II akan terbelah antara yang mendukung dan atau tidak mendukung Munaslub, tapi saya berkeyakinan dukungan Munaslub lebih strategis Untuk menyelamatkan partai dari kehancuran yang terstruktur,” papar eks anggota DPRD Lampung yang sekarang aktif dalam penggarapan film layar lebar “Hantu Terkunci”.

Pihak luar akan bersorak, lanjut Fauzi, kalau Golkar ribut terus. Percepatan munaslub menjadi urgen dilakukan. Penolakan atau upaya mengulur waktu munaslub, merupakan tindakan yang kontra produktif. Agenda pilkada, pileg dan pilpres sudah dekat, saatnya konsolidasi. Sebab konsolidasi adalah kunci kemenangan. (*)