METRO – Mantan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) periode 2019-2024, Sudarsono menyebut tradisi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Metro yang syarat politik uang perlu dievaluasi.
Ia menuding, ongkos politik di Kota Metro yang sangat besar kini seolah menjadi tradisi di masyarakat Bumi Sai Wawai.
“Memang iya. Makanya tidak salah Metro ini terkenal ongkos politik paling mahal di Lampung. Bahkan ada informasi nomor tiga di Sumatera,” kata dia, Senin (2/9/2019).
Tak hanya itu, ia menyebut bahwa pilihan masyarakat Kota Metro masih dipengaruhi oleh calon yang paling banyak memberikan uang sebelum pencoblosan.
“Ya pengalaman kemarin, masyarakat memilih karena uang. Itu yang harus di evaluasi,” kata dia.
Mantan Ketua DPRD Kota Metro periode 2009-2014 itu juga menceritakan bahwa di Kota Metro siapapun orang yang mencalonkan diri, baik sebagai Walilota maupun anggota dewan asal memberikan uang yang besar kepada masyarakat pasti akan terpilih.
“Jadi bukan lagi soal kemampuan atau kapasitas. Tetapi soal siapa yang ngasih duit banyak, ya itu yang terpilih,” kata politisi yang juga mantan calon Walikota Metro tahun 2015 lalu ini.
Dirinya sendiri mengaku tidak akan terjun lagi di dunia politik dan akan fokus untuk menjadi seorang petani. Sebab menurutnya menjadi petani lebih mulia dan menghasilkan dibanding politisi.
“Kalau masih seperti ini akan susah. Bayangkan saja, kalau saya nyalon kira-kira habis Rp3 miliar. Kalau saya terpilih, iya. Nah kalau tidak, anak istri saya mau makan apa,” tambahnya.
Tak lupa mantan politisi Partai Demokrat ini juga berharap, siapapun yang bakal memimpin Kota Metro di periode mendatang dapat menjadikan Metro lebih baik.
“Saya mau bertani saja. Yang penting siapapun yang jadi Metro dapat berubah jangan seperti kemarin. Pengalaman kemarin masyarakat asal pilih karena uang berakhir kan pada penyesalan coba itu dievaluasi sebagai pengalaman,” tandasnya. (Arby)