Nasib Sekolah Dasar Negeri

Oleh:Jazuli SE

NASIB sekolah dasar negeri (SDN) dewasa ini menjadi perhatian dan memunculkan keprihatinan. Gratis sih memang gratis namun sangat problematik, banyak SDN yang kalah bersaing dengan SD swasta. Banyak orang tua yang mendaftarkan anak ke sekolah swasta sehingga sekolah negeri kekurangan siswa.

Saat ini sekolah swasta lebih diminati orang tua siswa, karena berbasis keagamaan (punya kelas dan program unggulan) dan memiliki waktu belajar yang lama (full day). Namun rasanya tidak adil bagi orang tua yang kurang mampu karena tidak mampu menyekolahkan buah hatinya di sekolahan swasta dengan fasilitas yang memadai menunjang perkembangan otak anak. Lagi-lagi karena keterbatasan dana orang tua hanya mampu menyekolahkan buah hatinya disekolah yang gratis walau penuh problematik.

Sebagian pihak berpendapat gratis tapi problematik. Banyak persoalan yang dihadapi sekolah. Pengelolaan dana Bantuan Sekolah (BOS) yang kaku dan terkondisi sehingga terkesan pihak sekolah tidak dapat berinovasi.

Seperti contoh guru kelas akan melakukan kegiatan outdoor dengan para siswa, oleh kepala sekolah dilarang dengan alasan tidak ada dana, tidak penting, mengajar saja dikelas dan dengan banyak alasan lainnya, sehingga para guru tidak bebas berkreatifitas dengan murid-murid.

” Sangat beda sekali saat saya mengajar di sekolah swasta, saya diberi kebebasan untuk berkreasi dengan murid-murid, apapun kebutuhan dikelas kami kepala sekolah mendukung, berbeda dengan sekolah negeri semua terkendala dengan alasan dana lah, tidak penting lah sehingga terkesan guru tidak memiliki rasa tanggung jawab mendidik dan mencerdaskan anak bangsa semua terkesan hanya sebatas melakukan tanggung jawab saja sebagai guru yang hanya datang ke sekolah memberi materi, dan pulang sekolah serta terima gaji,” ungkap salah seorang guru Tubaba yang enggan disebut namanya.

Lanjutnya, hal tersebut berdampak pada menurunnya pelayanan mutu pendidikan di sekolah negeri karena kesulitan mengembangkan berbagai kegiatan di sekolah yang menunjang kemajuan sekolah dan pendidikan. Kini menjadi tren di masyarakat bahwa orang tua lebih bangga menyekolahkan anak di sekolah swasta yang notabennya berbayar lebih mahal.

Banyak orang tua sibuk dan jarak rumah dengan sekolah cukup jauh tapi para orang tua tetap bersemangat mengantar dan menjemput putra – putri mereka di sekolah. Harapan� masyarakat sekarang bukan hanya anak sekadar pintar pengetahuan secara intelektual, tapi juga bagus agamanya.

Banyak orang tua berharap anak memiliki religiusitas yang kuat sebagai fondasi utama dalam bekal kehidupan, antara lain ketaatan dalam� ibadah, kemampuan membaca Alquran dengan baik dan benar bagi yang beragama Islam, dan pengamalan agama berupa sopan santun dan budi pekerti.

 

Pendidikan Agama

Keterbatasan SDN adalah minimnya jam belajar pendidikan agama dan durasi waktu interaksi antara guru dan siswa. Ini mengakibatkan kurang efektifnya pendidikan agama di sekolah negeri. Hal inilah yang menjadi perhatian sebagian masyarakat kita.

Menyikapi fenomena perkembangan pendidikan di SDN tersebut, sudah saatnya pengelola SDN berbenah diri. Jangan sampai berkembang citra bahwa SDN adalah sekolah MPR, yaitu sekolah masyarakat berpenghasilan rendah.

SDN harus mampu bersaing, harus mengembangkan daya saing. Sekolah harus mampu menarik siswa, meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, dan menyesuaikan diri dengan tren kebutuhan perkembangan di masyarakat.

Pengelola SDN harus segera berbenah diri, yaitu melakukan school improvement. Improvement merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti perbaikan. School improvement adalah perbaikan sekolah. Kajian peningkatan sekolah (school improvement) pada awalnya mengkaji upaya meningkatkan kualitas pendidikan dalam tataran praktis proses pembelajaran dan kondisi yang terkait.

Pada perkembangan berikutnya istilah school improvement ini tidak hanya difokuskan pada proses di kelas, namun bergerak ke arah yang lebih luas dan mendalam pada semua berbagai macam tujuan pendidikan (Bollen, 1996: 3).

Menurut Zaenal Alimin, school improvement sama dengan perbaikan mutu sekolah. Salah satu gerakan ini di negara berkembang adalah dengan mempromosikan pendidikan dasar untuk semua, yaitu memberi kesempatan kepada semua anak untuk mendapatkan pendidikan dasar di sekolah (meningkatkan akses).

Hanya memberi kesempatan kepada anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah adalah tindakan yang membuang-buang waktu, tenaga, dan sumber daya kecuali apa yang terjadi di sekolah bermanfaat, relevan dangan masyarakat, efektif, dan cocok dengan kebutuhan anak. Dengan kata lain pendidikan harus berkualitas.

Dalam school improvement diperlukan penyusunan program peningkatan mutu yaitu school review. Berdasarkan panduan manajemen sekolah (Departemen Pendidikan Nasional, Handout Pelatihan Calon Kepala Sekolah, Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama, 2000) school review adalah suatu proses ketika seluruh komponen sekolah bekerja sama, khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah serta mutu lulusan.

 

Peningkatan Sekolah

School review dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan orang tua siswa dan siswa sendiri; bagaimana prestasi siswa; faktor apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu; serta apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah.

School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan, dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam school improvement pada SDN.

Pertama, masalah pembelajaran yang kurang� tepat, mutu� guru yang buruk, tidak responsif terhadap kebutuhan anak. Solusinya dengan memberikan dukungan kepada guru menjadi reflektif dan aktif berupa pelatihan guru di tempat kerja/di sekolah (in house training).

Kedua, sekolah tidak relevan dengan kehidupan dalam masyarakat, tidak berhubungan dengan tantangan kehidupan. Solusinya dengan menciptakan sistem yang fleksibel yang dapat beradaptasi dengan perubahan dengan dukungan jaringan yang luas. Menyesuaikan sistem kepada anak, bukan menyesuaikan anak kepada sistem.

Ketiga, sistem yang kaku dan tidak tepat sebagai warisan penjajah dan tekanan dari negara donor. Solusinya dengan belajar dari keberhasilan pendidikan nonformal/informal. Merancang kurikulum sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan membuka akses yang luas.

Keempat, menggunakan praktik pembelajaran yang efektif dan menciptakan iklim sekolah yang kolaboratif untuk meningkatkan belajar siswa. Investasi dalam pengembangan profesionalitas guru untuk meningkatkan instruksi, yakni fokus mendukung peningkatan pembelajaran.

Kelima, berpartner dengan keluarga dan masyarakat untuk mendukung pelayanan pendidikan di sekolah. Dengan adanya school review to improvement ini akan memicu dan memacu peningkatkan mutu pelayanan pendidikan di SDN dengan melibatkan peran orang tua siswa atau masyarakat.

Salah satu pilihan logis adalah tentang penguatan karakter dan religiusitas siswa. Bagi sekolah-sekolah swasta yang mampu mengadakan komunikasi dan koordinasi yang baik (misalnya kegiatan parenting) biasanya akan tumbuh berkembang semakin maju.

Harapannya dengan melakukan school review to improvement, SDN juga memiliki program unggulan religiusitas dan mampu bersaing kembali dengan sekolah swasta, menjadi sekolah murah tapi bukan sekolah murahan. (*)