Bupati Lamsel yang Tidak Pakai Masker
Oleh:�Martha Ardiansyah *)

LAMPUNG SELATAN — Hidup tidak boleh menunggu dan berserah diri. Dunia belum menemukan standar vaksin atau obatnya. Pemerintah pun bersiap menuju New Normal, melawan Covid-19.

Jajaran dan pasukannya digerakkan. Pemerintah Daerah (Pemda) jadi ujung tombak. Semua menyambut baik. Berharap semua aspek semakin membaik. Terutama ekonomi warga yang saat ini tertatih-tatih.

�Tatanan, kebiasaan dan perilaku baru berbasis pada adaptasi, budaya perilaku hidup bersih dan sehat,� kata Yurianto, juru bicara penanganan Covid-19.

Caranya gampang? Cukup rutin cuci tangan pakai sabun, pakai masker saat keluar rumah, jaga jarak aman dan hindari kerumunan. Lalu, apa susahnya? Kenapa masih melanggar?

Kemudian, bagaimana jika pemimpinnya sendiri yang melanggar? Adakah sanksinya?

Dalam beberapa kesempatan, Bupati Lampung Selatan, Nanang Ermanto kedapatan melanggar. Tidak pakai masker. Jaga jarak juga tidak terhindarkan. Foto-fotonya beredar, dari media sosial sampai halaman resmi lampungselatankab.go.id.

Hal itu dilakukannya saat turun lapangan. Ketika menyambangi tokoh agama dan masyarakat, atau memberikan bantuan korban banjir.

Memang, aktivitasnya baik, niatnya baik, dan Insya Allah dapat pahala yang baik. Tapi sepertinya caranya kurang tepat, karena beliau seorang pemimpin.

Hal itu beresiko. Akhirnya netizen bersuara. Mereka mengkritik dan warga memperbincangkan. Mungkin ini salah satu sanksinya, kepercayaan masyarakat bisa saja jadi hilang.

Mengutip semboyan Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Salah satunya Ing ngarsa sung tulada. Artinya, ketika berada di depan seorang guru harus bisa memberi teladan dan contoh tindakan yang baik.

Saya rasa hal ini penting. Bisa dijadikan pedoman. Karena Pemimpin adalah guru. Guru bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Miris rasanya, jika memimpin dan mengarahkan, namun tidak sadar bahwa kita tidak melakukan. Berteriak dan mengimbau, seolah mengirim sebuah pasukan tetapi tidak ikut berperang. Membagikan masker, tetapi diri sendiri tidak memakainya.

Saya hanya berharap, Kepala Daerah dapat berbenah, bukan hanya Bupati Lampung Selatan, tetapi semuanya. Walau disiplin adalah hal yang sulit. Dan tidak semua warga patuh. Tetapi pemimpin yang benar dalam bersikap tentu bisa jadi contoh baik bagi warganya.

Apalagi, hari ini masyarakat sudah melek teknologi. Bisa saja esok berita itu jadi viral. Belum lagi, saat ini masuk musim politik. Nantinya dan tentu Pak Bupati sulit untuk menjawab. Apa itu arti Pemimpin.

Mengapa? karena rangkaian kata-kata membela kesalahan sampai kapanpun tidak akan dapat mengalahkan kebenaran.

*) Sekretaris DPD AWPI (Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Wartawan Profesional Indonesia) Provinsi Lampung