TEWASNYA Ahmad Budi Cahyono, 27 tahun membuat hati saya trenyuh. Tak plak kejadian tersebut membuat hati saya yang selama ini dinilai sangat KERAS menjadi rapuh. Ini saat saya membaca dan mengetahui bahwa Guru SMAN 1 Torjun, Sampang, Jawa Timur (Jatim) itu harus meregang nyawa dan menghembuskan napas terakhirnya setelah dianiaya oleh MI, siswa kelas XI yang tak lain merupakan muridnya sendiri.

Mengapa ini terjadi ? Agak sulit untuk menyimpulkannya lantaran saya tak memiliki kemampuan akademik untuk menelaahnya. Namun memang, saya dan kita semua harus berani menyatakan bahwa ada yang keliru dengan wajah pendidikan kita saat ini.

Dimana pendidikan yang diterapkan di sekolah lebih menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognitif. Yakni ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Suatu kemampuan yang mengandung segala upaya yang menyangkut aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Seperti, pengetahuan,hafalan,ingatan, pemahaman,penerapan,analisis,sintesis, dan penilaian, penghargaan, evaluasi.

Dan mirisnya, ini semua membuat �kita� akan sangat bangga, jika putra-putri kita memiliki �kecerdasan kognitif� tersebut.

Padahal sebenarnya ada yang lebih dari itu semua, namun terkesan di abaikan. Yakni memberikan pendidikan karakter dan budi pekerti pada anak didik.

Dimana pentingnya nilai akhlak, moral serta budi luhur bagi putra-putri kita agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan.

Harapannya guna mengembangkan nilai, sikap dan prilaku yang memancarkan akhlak mulia dan budi pekerti luhur. Hal ini mengandung arti bahwa dalam pendidikan budi pekerti, nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai akhlak yang mulia yang tertanam ke dalam diri peserta didik yang kemudian terwujud dalam tingkah lakunya.

Untuk itu kedepan, agaknya pendidikan karakter dan budi pekerti inilah yang harus juga menjadi prioritas bagi pemangku kebijakan dan kita semua. Ini sangat penting sebagai penyeimbang kecakapan kognitif yang tadi.

Jika terwujud, insya Allah tragedi TEWASNYA GURU BUDI, dilain waktu tidak akan terjadi lagi. Cukup sudah kita menangis dan meratapi kepergiannya hari ini.(wassalam)