SEBENARNYA saya tidak pernah mau tahu dan tidak mau peduli dengan sosok Chusnunia Chalim alias Nunik. Meski cantik, saya melihat Bupati Lampung Timur (Lamtim) ini adalah wanita biasa-biasa saja. Toh�istri saya pun tak kalah juga cantiknya, meski hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga.
Karenanya begitu yang bersangkutan mencalonkan diri dan lantas terpilih sebagai Bupati Lamtim lantaran nasib �apes� yang dialami sang Petahana Erwin Arifin, S.H., M.H., saya pun tak ingin �usil�. Toh dia bukan Bupati saya. Ini lantaran saya mempunyai Herman HN, Walikota saya, yang meski saya juga tidak memilihnya dalam Pilwakot Bandarlampung. Saya memilih sosok Tobroni Harun sesuai dengan instruksi partai dimana saya masih bernaung.
Padahal waktu itu, isu dan informasi tentang Nunik yang masuk kepada saya sangat-sangat beragam. Mulai dari �keterlibatan� mantan anggota DPR RI dari Fraksi PKB tersebut dalam kasus korupsi sehingga harus dipanggil dan diperiksa sebagai saksi oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)RI.
Lalu isu tentang cerita keakrabannya dengan Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin. Serta isu kedekatannya dengan sosok Musa Zainudin, Ketua DPW PKB Lampung yang baru-baru ini divonis 9 tahun penjara oleh majelis hakim pada Pengadilan Tipikor Jakarta karena dinilai telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi berupa menerima suap Rp7 miliar terkait proyek di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Kemudian yang membuat heboh adalah kasus maraknya demonstrasi atau unjuk rasa terkait�anak adopsi�sang Bupati yang informasinya berlanjut ke ranah hukum. Nunik melaporkan sang pendemo yang bernaung dalam Lembaga Pengawas Pelayanan Publik dan Informasi (LP3-RI) Provinsi Lampung ke pihak kepolisian atas tuduhan pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan.
Ini lantaran sebelumnya ratusan warga yang mengatasnamakan LP3-RI Provinsi Lampung berdemonstrasi di depan kantor Pemkab Lamtim. Mereka menuntut penjelasan bupati terkait status�anaknya yang berinisial AJ.
Menurut pendemo, anaknya itu diketahui tertera dalam dokumen kependudukan (KK) Nunik yang dikeluarkan Dinas Pencatatan Sipil Jakarta Selatan. Di dalam KK ibunya bupati yang dikeluarkan Kantor Pencatatan Sipil Lamtim disebut sebagai cucu.
Langkah demo ini menurut LP3-RI Provinsi Lampung adalah sikap murni aspirasi masyarakat kepada Nunik sebagai Bupati Lamtim, dimana banyaknya masyarakat setempat yang mempertanyakan status AJ.
Lalu mengapa saya sekarang harus menulis dan mengingatkan persoalan tentang berbagai isu-isu itu kembali ? Ini disebabkan sang Bupati kini telah deklarasi menjadi Bakal Calon Wakil Gubernur Lampung. Beliau berpasangan dengan sosok Arinal Djunaidi, Ketua DPD Partai Golkar Lampung yang disebut-sebut di-support salahsatu Perusahaan Besar di Lampung.
Sebagai Calon Wakil Gubernur Lampung, saya dan publik harus memiliki kepedulian untuk mengetahui rekam jejak sang Bupati. Tidak boleh lagi sang Bupati berlindung dengan kata-kata wilayah privasi.
Dan jujur saja, saya sangat berharap Nunik bisa menjawab isu, informasi atau apapun sebutannya yang keburu mencuat di masyarakat secara gamblang. Bila benar katakan benar dan bila salah katakan salah. Sehingga saya, atau masyarakat luas nantinya tidak memilih apa yang biasa disebut membeli �Kucing dalam karung�.(wassalam)