SAYA harus jujur akui dizaman Gubernur Lampung Ridho Ficardo dan wakilnya Bachtiar Basri, banyak perubahan fisik yang terjadi pada Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM). Sekarang gedungnya lebih terlihat megah dan mewah. Sehingga kenyamanan pengunjung atau pasien bisa dikatakan lebih baik dari era gubernur sebelumnya.
Namun demikian, agaknya bukan hanya pembangunan fisik yang harus dibenahi di RSUDAM. Tapi perubahan mental harus juga menjadi prioritas utama. Yakni dalam hal memberikan jasa pelayanan kesehatan yang profesional, bermutu dan terjangkau semua lapisan masyarakat serta memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan lanjutan sesuai kelas rumah sakit dan standar yang telah ditetapkan. Sehingga, keberadaan RSUDAM merupakan ujung tombak pembangunan kesehatan masyarakat di Lampung.
Mengapa ini perlu saya sampaikan ? Sebab saya juga harus berkata jujur. Tidak sedikit keluhan selama ini diarahkan pada kualitas kinerja pelayanan RSUDAM yang dinilai masih rendah. Jadi percuma sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas sangat lengkap dan moderen. Bila mental sumber daya manusia atau tenaga kerja kurang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya.
Padahal dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, RSUDAM merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah ke bawah. Sehingga rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu.
Karenanya sudah menjadi tugas Gubernur Lampung, Ridho Ficardo untuk melakukan penataan ulang terhadap manajemen RSUDAM. Sehingga kedepan RSUDAM didukung birokrasi yang responsif melakukan kebijakan perbaikan guna mengantisipasi perubahan di lapangan dan meningkatkan kinerja internal rumah sakit. Sehingga rumah sakit dapat memberikan kepuasan ke pasien serta lebih efisien, ekonomis, dan efektif dalam pengelolaan manajemennya.
Bila ini dilakukan, maka saya yakin kasus “tragedi ambulance” misalnya, tidak perlu dan jangan sampai terjadi lagi rumah sakit milik kita bersama tersebut. Dimana ada peristiwa seorang ibu yang harus membawa jenazah anaknya menggunakan angkutan umum lantaran tidak ada biaya untuk membayar sewa ambulance yang tarifnya justru selangit. Jangan sampai karena nila setitik, rusak susu sebelanga. (wassalam)