Jakarta�- Survei yang dilakukan Media Survei Nasional (Median) menunjukkan masyarakat menginginkan Joko Widodo�(Jokowi)�diganti oleh tokoh lain pada Pemilihan Presiden 2019.
“Sebanyak 46,4 persen responden ingin Jokowi diganti tokoh lain,” kata Direktur Riset Median Sudarto saat merilis hasil survei elektabilitas kandidat calon presiden di daerah Cikini, Jakarta Pusat.
Jumlah tersebut lebih banyak ketimbang responden yang memilih Jokowi memimpin kembali, yakni sebesar 45,22 persen. Ada 8,41 persen responden yang memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu.
Sudarto mengatakan hasil survei ini menjadi peringatan bagi Jokowi. “Warning�kuning kemerahan untuk Jokowi, karena ada sedikit lebih banyak orang yang ingin jokowi diganti.”
Artinya, kata dia, apabila pada pilpres mendatang hanya ada dua pasangan calon saja, maka peluang bekas gubernur DKI Jakarta itu untuk kembali menang akan semakin kecil. Alasannya, dia memprediksikan para pemilih yang sudah tak mau lagi dipimpin Jokowi akan terkanalisasi untuk mendukung lawan Jokowi.
Sudarto�mengakui�dalam riset yang dilakukannya,�elektabilitas Jokowi masih menjadi yang tertinggi dengan 36,2 persen. Menurut dia, tingginya elektabilitas Jokowi itu lantaran hingga saat ini masyarakat masih dihadapkan dengan banyak pilihan tokoh. “Masyarakat masih belum menemukan figur yang cocok melawan Jokowi, sehingga suara tersebar di banyak tokoh,” kata dia.
Sudarto meyakini peta elektabilitas itu bakal berubah drastis apabila pendaftaran capres cawapres telah dibuka dan lawan�Jokowi�sudah pasti. “Sekarang itu pesannya jelas, ‘saya ingin mengganti Jokowi’, tapi�messenger-nya belum jelas nih,” kata dia.
Median melakukan survei dengan sampel 1.200 responden yang memiliki hak pilih. Survei tersebut memiliki�margin of error�sebesar �2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sampel dipilih secara acak dengan teknik�multistage random sampling�serta proporsional atas populasi di provinsi dan gender. Adapun kontrol kualitas dilakukan terhadap 20 persen sampel yang ada.
Diuraikan Sudarto permasalahan ekonomi menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat ingin Joko Widodo selaku presiden diganti pada pilpres 2019.
“Mulai sembako mahal, pekerjaan susah, ekonomi sulit, hingga tarif listrik menjadi faktor utama masyarakat ingin ganti Jokowi dengan pemimpin lain,” ucap Sudarto.
Menurut Sudarto, orang-orang memang sudah cukup puas dengan kinerja Jokowi membangun infrastruktur. Namun, menurut dia, hal tersebut belum bisa menutupi penderitaan yang dirasakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Sudarto pun menyebutkan elektabilitas Jokowi dalam pilpres mendatang akan membaik, bergantung pada kebijakan calon presiden inkumben itu. “Jika menjelang 2019 bisa mengeluarkan kebijakan ekonomi prorakyat dan meringankan penderitaan rakyat, kemungkinan besar akan naik,” ujarnya.(net)