LAMPUNG � Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) tinggal 10 hari lagi. Namun belum lagi dihelat, perhelatan even akbar warga nahdliyyin itu sudah terasa sangat ‘panas’.

Setelah heboh gugatan Rais Syuriah PWNU Lampung Muhsin Abdillah pada Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, belakangan muncul aksi penolakan pengurus wilayah dan cabang NU dari berbagai wilayah atas penggunaan Pondok Pesantren (Ponpes) Darussa�adah, Lampung Tengah yang semula dijadikan lokasi pembukaan Muktamar.

Alasannya, PWNU dan PCNU menilai pengasuh pesantren Darussa�adah telah cacat moral karena menggugat Rais Aam PBNU.

“Kami tidak rela Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, hadir di Pondok Pesantren Darussa’adah, karena KH. Muhsin Abdillah (pengasuh Darussa�adah) sudah mengajukan gugatan terhadap Rais Aam,� kata Katib Syuriyah PWNU Sulawesi Tengah, KH Abdullah Latopada.

Menurutnya, gugatan itu merupakan kesalahan moral. Sebab, KH Muhsin Abdillah secara nyata dan terbuka menjadikan Rais Aam sebagai lawan hukumnya.

Sebelumnya KH Muhsin Abdillah menggugat Rais Aam PBNU karena menilai Rais Aam telah mengubah jadwal Muktamar. Muhsin takut jika jadwal diubah, maka pesantrennya tidak bisa digunakan sebagai lokasi Muktamar.

Gugatan dilayangkan Muhsin ke PN Tanjung Karang. Selain itu, Muksin juga menyurati Kapolri untuk tidak memberikan izin Muktamar yang dipercepat dengan alasan yang tidak jelas.

�Walaupun gugatan sudah dicabut, pencabutan itu tidak menggugurkan kesalahan moralnya. Dia sudah secara terbuka menyatakan Rais Aam sebagai lawan hukumnya. Menjadikan Sarussaadah sebagai tempat Muktamar berarti memaksa Rais Aam datang ke sana. Itu pelecehan berat terhadap Rais Aam,� ujar Abdullah Latopada

Sementara Sekretaris PWNU Jawa Timur Prof Ach Muzaki menilai apa yang telah dilakukan KH Muksin Abdillah sangat cacat moral dan tidak pantas dilakukan oleh tokoh sekelas Rais Syuriah.

�Gugatan Syuriyah PWNU Lampung bukan isapan jempol. Riil. Bahkan Rais dan Katib Lampung berkirim surat ke kapolri. Sudah sehancur inikah akhlaq kita kepada kyai sepuh? Sudah serusak inikah akhlaq nahdliyah kita? Sudah sebobrok itulah akhlaq berorganisasi kita? Ini PR besar kita di NU. Sebagai khadam di NU, nurani saya terusik. Sebagai pelayan organisasi, hati saya tertusuk. Sebagai santri, qalbu saya tersakiti. Oleh aksi akrobatik seperti ini. Masihkah kita diam membiarkan mereka berlaku culas,� kata Muzaki.

Hal yang sama diungkapkan KH Marahalim Harahap dari PWNU Sumatera Utara. Menurut dia, apa yang dilakukan Muhsin Abdillah sangat tidak pantas sehingga pesantrennya pun juga sangat tidak layak untuk didatangi Rais Aam.

�Sangat tidak pantas karena tidak menjunjung budaya ulama. Pesantrennya pun sangat tidak pantas untuk lokasi Muktamar,� ujarnya. (tribun)