BANDARLAMPUNG – KADER tulen Golkar Fasni Bima alias Al Fasni menghadap yang maha kuasa, Jumat (5/5/2023). Pria asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini masuk Partai Golkar sekitar tahun 2002. Sebelumnya dia sukses berdagang di Telukbetung Selatan Bandarlampung.

Saat Partai Golkar Lampung terjadi pergantian ketua dari Jazuli Isa ke M. Alzier Dianis Thabranie tahun 2004, Fasni adalah salahsatu yang ikut terlibat. Bersama seniornya Sukawari, dia menjadi salah satu tim sukses Alzier.

Tahun 2005, muncul polemik SK 15 DPRD Lampung. Mahkamah Agung (MA) RI memenangkan gugatan Alzier. Presiden diminta untuk melantik gubernur terpilih M. Alzier Dianis Thabranie. Politik Lampung bergolak.

Fasni bersama kader Golkar lainnya berjuang siang dan malam untuk pelantikan Alzier. Demonstrasi, bolak-balik ke Jakarta adalah rutinitas para pengurus Golkar saat itu.

Tahun 2007, Alzier digoyang dari kursi Ketua DPD Partai Golkar Lampung. Gedung DPD Partai Golkar Lampung dirusak massa. Fasni lagi-lagi berjuang membela Alzier. Bersama kader lainnya dia kembali menguasai gedung Golkar. Alzier pun tak terguling.

Tahun 2016 Golkar Lampung kembali bergolak. Buntut dari dualisme Golkar pusat: kubu Aburizal Bakrie dan kelompok Agung Laksono.��

Terjadi kegamangan kader. Namun Fasni memantapkan diri untuk tetap mendukung kepempimpinan Alzier. Alhasil terjadi rekonsiliasi DPP Golkar. Setya Novanto terpilih menjadi Ketua Umum DPP Golkar.

Terpilihnya Setya Novanto rupanya dimanfaatkan sejumlah pihak untuk menggulingkan Alzier. Lagi-lagi Fasni tampil di barisan terdepan.

Bahkan di detik terakhir kejatuhan Alzier, Fasni berjuang mati-matian membelanya. Puncaknya tahun 2016, saat sekelompok massa yang berupaya mengambil alih Gedung DPD Golkar Lampung. Fasni pasang badan.

Akibatnya, massa yang beringas mengeroyoknya. Hingga Fasni mengalami pecah palak dan nyaris tewas. Beruntung dia segera dilarikan ke rumah sakit.

Tak terima pengikutnya dianiaya, Alzier membela Fasni. Alhasil Polda Lampung mentersangkakan sejumlah pelaku. Fasni dirawat dengan baik di rumah sakit hingga sembuh.

Namun akhirnya Alzier pun lengser dari jabatannya. Semua kader menjauh. Di titik ini, Fasni menunjukkan prinsip hidupnya. Dia ogah menerima tawaran bergabung menjadi pengurus Golkar Lampung di bawah ketua DPD Partai Golkar yang baru.

Fasni dan segelintir kader memilih tetap setia bersama Alzier. Mengisi hari-harinya di kediaman Alzier di Jl. Arief Rahman Hakim.

Terakhir, Fasni ikut berjuang bersama Forum Penyelamat Partai Golkar Lampung untuk membatalkan pencalonan gubernur Arinal Djunaidi yang dinilai inskonstitusional.

Setelah itu, Fasni memilih pensiun dari politik. Namun begitu, dia tetap bersama Alzier. Hari-harinya dihabiskan di kediaman Alzier hingga pindah ke rumah kebon di Segala Mider. Baginya, Alzier sudah seperti kakak dan orang tua.

Kesetiaan Fasni inilah yang membuatnya menjadi kader bernilai. Dia tak pernah tergoda dengan rayuan jabatan dan uang. Dia tak mau jadi pengkhianat. Sebab nilai kesetiaan melampaui kepentingan politik, jabatan dan uang.

Selamat jalan Fasni Bima. Kesetiaanmu menjadi teladan bagi kami. (rls/Nurkholis)