BANDARLAMPUNG – Ketua Masyarakat Peduli Demokrasi dan Hukum (MPDH) Jupri Karim, pernah berniat menjual cepat sepasang ginjal dan jantungnya demi pembangunan insfrastruktur Lampung, pada 4 Mei 2023 lalu. Janji inipun mendapat tanggapan Advokat Gindha Ansori, S.H., M.H., karena hingga kini tak kunjung terealisasi.
Menurut Ansori, tidak perlu mencari sensasi hal konyol seperti ini. Seharusnya selaku masyarakat yang diberikan adalah menyampaikan saran kepada Pemprov Lampung dan Pemerintah Pusat untuk pembangunan Lampung kedepan.
�Anggaran Insfrastruktur sudah Rp1,5 triliun, itu yang mau jual ginjal dan jantung jadi ngga. Apa yang dikatakan, sama hal seperti yang mau jalan kaki dari rumahnya di Depok ke Jakarta, mau digantung di monas jika terbukti korupsi. Itu sekelas gayanya sama aja,� tutur Gindha Ansori sebagaimana dilansir dari kulintang.co.
Lantas apa sikap Jupri Karim ? Dihubungi terpisah Jupri Karim mengakui, bahwa beberapa waktu lalu memang sempat berkomentar di media atas keprihatinannya terhadap kondisi insfrastruktur Lampung yang rusak parah. Lalu saat itu, sempat terpikir olehnya siap melelang ginjal dan jantungnya demi pembangunan di Lampung.
Namun belakangan ternyata Presiden RI Jokowi turun ke Lampung dan melihat langsung infrastruktur Lampung yang rusak. Serta berjanji mengambil alih pembangunan jalan rusak di Lampung dengan menyiapkan bantuan dari APBN sebesar Rp800 M.
�Jadi saya anggap ini sudah selesai. Niat itupun saya urungkan. Tapi ternyata ada kesan Gindha Ansori ngebuly saya. Jadi saya jawab saja jawab kalau dia serius mau beli ginjal dan jantung saya, harganya Rp5 triliun. Duit itu nantinya Rp4 triliun untuk membangun jalan rusak. Sementara Rp1 triliun lagi untuk saya bangunkan panti asuhan di Lampung,� tegas Jupri Hakim.
Jupri pun menyatakan niatnya melelang ginjal dan jantungnya demi pembangunan di Lampung merupakan rencana yang tulus untuk rakyat.
�Jadi jangan samakan pernyataan saya dengan pernyataan Anas Urbaningrum minta digantung di Monas. Atau sama yang mau jalan kaki dari Depok ke Jakarta. Ini salah sekali dan merupakan 2 hal yang berbeda. Sebab kalau yang mau digantung di Monas adalah terpidana korupsi. Sedangkan saya adalah rencana tulus untuk rakyat,� pungkasnya.(red/net)