METRO – Di balik kemeriahan perhelatan pemecahan rekor Muri untuk kategori menabung dicelengan oleh anak Paud terbanyak, terselip beragam keluhan wali murid yang nyaris luput dari pantauan.
Mulai dari kemacetan panjang hingga jasa parkir dengan harga di luar kewajaran membuat banyak orang tua murid mengeluh. Mereka menilai panitia penyelenggara kurang siap dalam menghadapi beragam kemungkinan untuk suksesnya acara tersebut.
Dari pantauan media, kemacetan terjadi di sepanjang jalan Raya Stadion Kec. Metro Timur. Terpantau, kemacetan mengular sepanjang 1 Kilometer lebih. Akibatnya, orang tua dan peserta yang merupakan pelajar Paud harus berjalan jauh untuk mencapai stadion. Tak jarang, banyak dari mereka yang terlihat kelelahan saat sampai di Stadion.
Salah seorang wali murid mengeluhkan kemacetan panjang yang terjadi. Ia menilai pengerahan masa pelajar paud demi sebuah rekor tidak diimbangi oleh kesiapan yang memadai.
“Muri ini sebenarnya bias, muri ini terkesan hanya sekedar pengerahan massa saja. Seharusnya kalo mau pengerahan seperti panitia di persiapan di sepanjang jalan, untuk mengantisipasi hal-hal yang semacam ini. Apalagi ini kan satu jalur, seharusnya dipersiapkan matang,” ucap Alan Widianto ditengah-tengah kemacetan, Kamis (8/8/2019).
Selain soal kemacetan panjang, permasalahan biaya jasa parkir dadakan juga jadi keluhan. Padahal, berdasarkan Perda No. 32 Tahun 2014, tentang retribusi parkir yang berlaku satu kali perkir hanya sebesar Rp. 1.000 untuk sepeda motor dan Rp. 2.000 untuk mobil.
Namun faktanya, dalam kegiatan tersebut untuk jasa satu kali parkir sepeda motor ditarik uang sebesar Rp. 5.000 dan mobil Rp. 10.000. Harga parkir selangit yang dimanfaatkan oknum itulah yang menjadi keluhan wali murid. Mereka menilai panitia tidak cermat dan memberatkan para peserta.
“Ya ini kan sudah di kasih macet, kok ya harus bayar parkir mahal juga. Ini tadi bayar Rp. 5.000. Kalo biasanya kan Rp. 2.000 tapi ini kok mahal. Kalo mobil tadi katanya Rp. 10.000. Ya harapannya sih tidak membebani kami orang tua wali murid,” ujar Anita saat diwawancara dipelataran gerbang utara Stadion Tejosari, Kamis (8/8/2019).
Meski begitu ia menilai acara tersebut berjalan lancar dan sukses. Ia berharap pemecahan rekor serupa dapat kembali digelar, namun ia meminta Pemerintah mempersiapkan kepanitiaan secara matang.
“Pada dasarnya kami mendukung acara ini, ya harapannya kalo mau buat muri begini lagi pantainya harus lebih matang. Kalo bisa tidak ada macet seperti ini dan parkir yang mahal begini,” kata Anita.
Menanggapi beragam kelurahan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Metro Ria Andari meminta maaf kepada para orang tua peserta.
“Itu kendala kita, dan ini menjadi evaluasi kita kedepan. Besok mungkin mencari tempat yang lebih representatif, artinya jalan keluar yang banyak. Selebihnya, lebih dan kurang saya mohon maaf. Tetap akan ada perbaikan,” Kata Ria Andari kepada awak media.
Ia mengaku kinerja panitia telah maksimal, koordinasi lintas sektor juga telah dilakukan.
“Kita sudah maksimal dengan berkoordinasi dengan Polres, Pol PP dan Dishub, cuma tadi begitu masuk semua pas mau keluar, mobil yang baru pada datang tidak bisa masuk makanya menimbulkan kemacetan panjang,” terangnya.
Sementara itu menanggapi kemacetan panjang pemecahan Rekor Muri, Kasat Lantas Polres Metro AKP Muliawati Nurtya Kusnadi menyebut kejadian itu diluar dugaan.
“Dari dinas juga sudah memberikan informasi, kita juga sudah merekayasa jalan tapi memang diluar dugaan kami, ini membludak dengan waktu yang bersamaan. Kendala kita karena ini hanya satu jalur untuk menuju kesini, itu saja,” tandasnya. (Arby)