LAMPUNG – Universitas Lampung (Unila) bekerjasama dengan Kebun Raya Liwa telah melakukan pengembangan potensi anggrek alam melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Diseminasi Hasil Riset (PKM-DHR) berjudul “Implementasi Pengendalian Penyakit Anggrek Alam di Kebun Raya Liwa melalui Uji Antagonistik dan Induksi Ketahanan Mikoriza Endofit”.

Kegiatan ini dilakukan oleh beberapa dosen dan karyawan Jurusan Biologi dan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas (FMIPA) Unila, antara lain Dr. Mahfut, M.Sc., Prof. Admi Syarif, Ph.D., Dr. Sri Wahyuningsih, M.Sc., dan Diana Salsabila, S.Si, juga mahasiswa Doktoral FMIPA Unila yaitu Agus Rahardi, S.Kom, M.TI. dan Budi Asmanto, S.T., M.T.I..

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Sekretaris Badan Riset Daerah (BRIDA) Lampung Barat Agustina Handayani, S.Sos., Kepala UPTD Kebun Raya Liwa R. Budiman, S.E., Karyawan BRIDA Lampung Barat, karyawan Kebun Raya Liwa, serta mahasiswa dengan total peserta 35 orang.

Kebun Raya Liwa adalah kebun raya daerah pengembangan Badan Riset Nasional (BRIN) yang terletak di Way Mengaku, Balik Bukit, Liwa, Lampung Barat. Salah satu jenis koleksi unggulan Kebun Raya Liwa yang perlu dijaga kelestariannya adalah anggrek alam. Tumbuhan ini merupakan flora asli Sumatera Bagian Selatan yang bersifat endemik yang memiliki peran penting sebagai induk persilangan dalam pemuliaan tanaman. Sejauh ini, Kebun Raya Liwa telah melakukan pengembangan potensi anggrek alam melalui konservasi ex-situ.

Mahfut selaku Ketua Kegiatan PKM-DHR yang juga Kepala Laboratorium Biomolekular Jurusan Biologi FMIPA Unila, Senin (11/8/2025) mengungkapkan bahwa alasan utama dilakukan konservasi ini karena keberadaan anggrek alam di habitat aslinya (hutan) dilaporkan sangat berkurang akibat pembalakan hutan dan eksplorasi secara berlebihan. Selain itu, infeksi penyakit juga menjadi kendala utama dalam budidaya dan pengembangan potensinya.

“Anggrek alam koleksi Kebun Raya Liwa merupakan hasil eksplorasi bersama antara BRIDA Kabupaten Lampung Barat di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Hutan Lindung pada ketinggian 0–2.000 meter di atas permukaan laut. Eksplorasi untuk pengkayaan koleksi tumbuhan di Kebun Raya Liwa dilakukan sejak tahun 2011,” terangnya.

Mahfut menyampaikan, dari hasil eksplorasi dan sumbangan tumbuhan anggrek untuk pengkayaan KRL sampai November 2013 jumlah total koleksi anggrek Kebun Raya Liwa adalah 805 spesimen yang termasuk dalam 425 nomor koleksi (60 marga, yang teridentifikasi sampai tingkat jenis sebanyak 214 nomor koleksi). Semua koleksi anggrek di Kebun Raya Liwa ditata dan dipelihara dalam rumah paranet anggrek. Jumlah nomor koleksi paling banyak adalah dari marga Dendrobium yaitu 48 nomor, diikuti oleh Eria sebanyak 40 nomor dan Bulbophyllum sebanyak 38 nomor.

“Berdasarkan penelitian kami sebelumnya, ditemukan infeksi penyakit virus, bakteri, jamur, dan campuran pada anggrek alam di Kebun Raya Liwa. Selain itu, berdasarkan informasi langsung dari Kepala UPTD dan karyawan Kebun Raya Liwa diketahui bahwa karyawan dan teknisi lapangan Kebun Raya Liwa belum memiliki pengetahuan dalam identifikasi infeksi penyakit anggrek serta pengendaliannya. Upaya pengendalian penyakit yang selama ini masih dilakukan secara konvensional, yaitu dengan metode eradikatif dan preventif. Metode tersebut dinilai kurang efektif karena menggunakan pestisida komersial yang mahal dan membahayakan lingkungan,” ujarnya.

Mahfut menambahkan, kegiatan PKM-DHR ini bertujuan keberlanjutan hasil penelitian kami sebelumnya yaitu Penelitian Terapan berjudul “Implementasi Pengendalian Penyakit Anggrek Alam di Kebun Raya Liwa melalui Uji Antagonistik dan Induksi Ketahanan Mikoriza Endofit” yang dibiayai oleh Hibah Penelitian DIPA BLU LPPM Universitas Lampung Tahun 2025 dengan nomor kontrak 2150/UN26.21/PM/2025.

Kegiatan PKM-DHR ini dilakukan dengan pengembangan metode diagnosis dan pengendalian penyakit anggrek alam di Kebun Raya Liwa melalui penggunaan aplikasi pengendalian infeksi penyakit pada anggrek alam melalui uji antagonistik induksi ketahanan mikoriza endofit yang lebih ramah lingkungan, murah, efektif, dan efisien. Kegiatan ini dapat menjadi wadah transfer pengetahuan antara tim pengabdian dengan Kebun Raya Liwa.

Kegiatan ini merupakan bagian Program Kerja Sama (PKS) FMIPA Unila dengan Kebun Raya Liwa sebagai mitra, dengan karyawan dan teknisi lapangan sebagai sasaran utama kegiatan ini. Mahfut berharap, pihak Kebun Raya Liwa memahami dan mampu mengaplikasikan pengembangan metode pengendalian penyakit anggrek alam sebagai upaya konservasi. Kemudian, pihak Kebun Raya Liwa juga diharapkan mampu melakukan diagnosis dan pengendalian infeksi penyakit anggrek alam secara mandiri.

(Iman/Rilis)