BANDAR LAMPUNG – Salah satu Mustasyar NU�Lampung, M. Alzier Dianis Thabranie menyorot tajam polemik maju mundur� Muktamar ke-34 NU yang rencananya dihelat di Provinsi Lampung.
Meski perhelatan Muktamar disebut karena terhadang pembatasan kegiatan oleh pemerintah jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), namun anak kandung Tokoh NU�Lampung Thabranie Daud ini menilai carut marut perhelatan Muktamar lebih karena kepentingan politik semata.
“NU itu organisasi keagamaan tidak boleh terpolitisasi hanya menjadi alat kepentingan jabatan semata,” kata Alzier, Sabtu (26/11).
Alzier menduga maju mundurnya Muktamar ditenggarai oleh dua faksi yang terpolarisasi. Faksi Calon Ketua umum PBNU KH Said Aqil Siradj dan faksi Gus Yahya Cholil Staquf.
Kepentingan dua faksi ini yang diduga Alzier membuat Muktamar jadi berantakan.
“Seharusnya kan mereka bisa ngobrol baik-baik, musyawarah bagaimana untuk NU yang lebih baik kedepan. Jangan malah seperti ini sehingga berdampak buruk pada kepengurusan NU dibawah,” jelas Mantan Ketua DPD I Golkar Lampung ini.
Meski seorang politisi, Alzier menegaskan dia tak peduli dengan peta konstelasi politik dari kedua kandidat tersebut yang berkembang di internal NU.
Dia hanya berharap NU bisa mengakomodir seluruh kepentingan ummat dan bisa lebih baik lagi.
Saya netral saya tidak mau melibatkan apapun, yang pasti saya hanya ingin NU ini bisa lebih baik lagi kedepannya,” kata Alzier.
Selain itu, Alzier juga menilai PWNU Lampung tak objektif sebagai tua rumah Muktamar ke-34NU.
Sebagai tuan rumah, kata Alzier, seharusnya PWNU Lampung fokus menyiapkan fasilitas tempat bagi para tamu-tamu Muktamar.
“Seharusnya fokus kesitu, pembentukan panitia juga seharusnya semua pengurus dan anggota itu diajak. Saya saja sebagai Mustasyar gak pernah diajak bicara, ” kata Alzier.
Dia mengingatkan PWNU Lampung untuk tetap fokus menyiapkan fasilitas untuk mensukseskan Muktamar�NU.
“PWNU jangan malah ikut-ikutan berpolitik juga, fokus saja dengan persiapan supaya Muktamar ini sukses,” tandasnya. (thc)