BANDARLAMPUNG � Tokoh masyarakat Lampung, M. Alzier Dianis Thabranie� �mendukung peran aktif warga dalam memantau dinamika Pilkada di Lampung. Yakni dengan adanya partisipasi masyarakat yang secara langsung melakukan pengawasan terhadap berbagai praktek �kecurangan� yang dilakukan para kandidat calon peserta pilkada. Mulai dari adanya money politik, pembagian sembako, penyebaran bansos, pemanfaatan fasilitas negara, hingga ketidaknetralan aparat birokrasi yang secara terang-terangan menguntungkan salahsatu calon tertentu.
�Jadi sah-sah saja jika masyarakat Lampung sekarang bergerak, baik secara sendiri maupun berkelompok melakukan pengawasan terhadap praktek kecurangan yang terjadi,� terang Alzier.
Mengapa ? Karena lanjut Alzier, masyarakat kini sudah terkesan tidak percaya lagi terhadap kinerja Bawaslu Lampung dan jajarannya dalam melakukan pengawasan.
�Saya setuju bubarkan saja Bawaslu itu. Bagaimana kita-kita semua mau percaya dengan Bawaslu Provinsi Lampung dan Kabupaten/Kota yang ada. Semua masalah-masalah laporan temuan-temu gula berton-ton di Kabupaten Pesawaran dan di di Lampung Selatan sewaktu Pilgub Tahun 2014, tidak ada tindaklanjutnya. Kasus-kasusnya lenyap hilang seperti asap rokok. Ini yang buat kita-kita masyarakat tidak percaya lagi dengan kerja Bawaslu. Seperti kejadian pilgub yang lalu 2018. Kasus Barlian Mansyur, keputusan PN Tanggamus soal money politik dan lain-lain. Lenyap begitu saja,� tandasnya.
Sebelumnya dalam rekaman video, Barlian Mansyur menyebut beberapa nama soal politik uang cagub Arinal Djunaidi dalam Pilgub Lampung 2018 lalu. Satu nama yang sering disebut nama Ketua DPD Golkar Kota Bandar Lampung, Yuhadi. Kata Barlian, Yuhadi, orang yang mengajaknya menemui Arinal, Ketua DPD Partai Golkar Lampung.
�Saya ke sana (rumahnya), dan saya lihat ada dua lurah di Bandar Lampung. Dan di sana ada instruksi agar TPS- TPS jangan sampai kalah,� kata Barlian.
Barlian mengungkapkan, di pertemuan yang dilakukan pertengahan puasa, ada perintah Arinal untuk menyiapkan amplop-amplop yang tujuannya agar Paslon nomor urut 3 tidak sampai kalah dalam penghitungan suara.
Dan Barlian kembali dipanggil dua hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Ia kemudian menyebut beberapa nama lagi yang diperintah Arinal, yakni nama Muhidin dan Armen. Dirumahnya, kata Berlian, uang dilihat dimasukkan ke dalam kotak berwarna coklat dan kuning. Dan kemudian dimasukkan ke dalam boks motor seseorang bernam Asman. �Hati-hati. Awas ketangkap. Saya tidak ikut bertanggungjawab,� katanya.
Barlian mengaku terpaksa menjalani karena dia merupakan kader Golkar yang tidak kuasa menentang perintah ketua. �Tentu ada konsekuensinya menolak perintah ketua. Apalagi di depan Ketua DPD I Golkar,� katanya seraya mengakui turut membagi-bagikan ratusan amplop disekitar rumahnya.(red)