BANDAR LAMPUNG – Penerimaan siswa baru tahun 2025 ini di SMA Negeri 2 Bandar Lampung banyak menuai protes. Sebab, beberapa kebijakan dinilai merugikan warga sekitar yang menggunakan jalur domisili.

Penggiat pendidikan yang juga Ketua Umum Ormas Garuda Berwarna Nusantara Johan Syahril, mengungkapkan, kebijakan SMAN 2 dalam memprioritaskan jalur prestasi
mengakibatkan banyak siswa domisili terbuang.

“Seharusnya siswa yang sudah masuk lewat jalur prestasi dan ternyata hasil tes nya tidak memenuhi standar nilai tidak boleh lagi masuk jalur domisili dong. Ini sama saja merugikan siswa dari jalur domisili,” kata Johan.

“Katanya lewat jalur domisili tapi kenapa siswa siswa yang berjarak puluhan meter dari SMA 2 Bandar Lampung namanya hilang.Ini namanya diskriminasi, bilang saja bukan jalur domisili tapi jalur nilai,” ujar Johan Syahril.

Menurut dia, peraturan yang dibuat memprioritaskan siswa yang tidak diterima lewat jalur prestasi namun diprioritaskan penerimaan jalur domisili merupakan tindakan diskriminasi terhadap siswa jalur domisili.

“Saya minta DPRD Lampung melakukan hearing untuk memanggil Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Lampung dan kepala Sekolah SMA 2 Bandar Lampung, supaya masyarakat tidak resah, ” ujar Johan Syahril.

Pemantaun wartawan, siswa yang mendaftar lewat jalur prestasi di SMAN 2 Bandar Lampung sebanyak 372 siswa, namun dari hasil tes yang diterima sebanyak 148 siswa. Artinya sebanyak 204 yang tidak lulus tes jalur prestasi mengikuti jalur domisili.

Namun dilapangan ternyata walau sudah mendaftar jalur domisili banyak siswa yang daftar jalur domisili yang tinggalnya sekitar SMA 2 Bandar Lampung tersingkir karena tidak berdasarkan domisili melainkan rangking nilai.

Sementara itu Penerimaan Murid Baru tahun 2025 membingungkan sekaligus merugikan calon murid, terutama dari jalur domisili (warga dekat sekolah).
Hal tersebut dialami oleh yokoh masyarakat sekaligus politisi senior Provinsi Lampung Drs.H. Azwar Yacub.

Menurut Azwar Yacub yang rumahnya terletak di Jln. Amir Hamzah, No.51 Gotong Royong – persis disamping SMAN 2 Bandar Lampung (berjarak 50 Meter). Sedangkan dalam pendaftaran lewat online jarak antara rumah nya dengan SMAN 2 Bandar Lampung 163 Meter.

Yang lebih membingungkan lagi adalah pada saat mendaftar hari Senin (tgl 16 Juni 2025) puteranya bernama Ahmad Syahruddin Yacub ada pada posisi 45 dalam hasil seleksi.
Kemudian pada hari Selasa (17 Juni 2025) tepat pada pukul 17.00 nama putera Azwar Yacub hilang sama sekali dari daftar hasil seleksi.

Dari pantauan media online ini bersama dengan beberapa wali murid yang lain (orang tua pendaftar) merasa aneh. Karena ada yang mendaftar dengan jarak rumah ke sekolah (SMAN 2) sekitar seribu hingga dua ribu meter berada diurutan awal dan nama nya masih tertera pada daftar hasil seleksi.

“Saya kecewa dan emosi melihat cara dan kinerja panitia SPMB tahun 2025, terutama Panitia SMAN 2 Bandar Lampung yang berdekatan dengan rumah saya hingga sekarang. Bayangkan saja jarak rumah saya dengan SMA N 2 Bandar Lampung kira-kira tiga menit berjalan kaki bisa sampai. Saya adalah kelahiran asli Gotong Royong dan rumah Orang Tua saya masih berada di Gotong Royong. Kemudian KK dan alamat saat mendaftar juga di Gotong Royong,” kata Azwar Yacub kesal.

Dia menilai.kondisi ini telah menyalahi aturan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan.

“Ini namanya sama saja dengan mengedepankan nilai dari pada tempat tinggal (domisili). Bila tetap dibiarkan praktek seperti ini saya akan menghadap Gubernur Lampung, Kadis Pendidikan Provinsi Lampung dan lembaga lainnya untuk menyelidiki serta protes keras kepada pihak SMAN 2 Bandar Lampung,” tambah Azwar Yacub.

Sayangnya Kepala Sekolah SMAN 2 Bandar Lampung Dra. Sevensari, S.Pd. MM tidak mengangkat ponselnya
hingga berita ini ditayangkan.

Dalam kaitan tersebut nampak terlihat puluhan warga Gotong Royong didampingi oleh Pamong setempat (RT) mendatangi SMAN 2 Bandar Lampung . Mereka berbondong- bondong menanyakan keberadaan SMAN 2 yang tidak dapat menerima warga yang ingin bersekolah di kampung sendiri.

“Kami merasa dirugikan dan tidak ada gunanya SMA N 2 berada di Kelurahan Gotong Royong. Rata-rata yang diterima siswa/i dari luar Kelurahan kami,” ujar salah seorang RT setempat. (Tim)